Makna Haji di Mata Ali Syariati (1)

Berita Jatim   Kamis, 8 Juli 2021

img

Makna haji di mata ali syariati (1) seperti pada tahun 2020, ibadah haji 2021 juga dilaksanakan secara terbatas. Otoritas arab saudi hanya mengizinkan 60.000 jemaah haji menjalankan ritual rukun islam kelima tersebut. Pandemi covid-19 menjadi penyebab ritual haji digelar secara terbatas. Bagi umat islam, ibadah haji menjadi ekspektasi religius sepanjang hidupnya.

Tampak tak sempurna hidup sebagai seorang muslim jika belum menunaikan rukun islam kelima tersebut. Ibadah haji 2021 hanya dilakoni sebagian warga saudi dan warga negara asing yang selama ini bermukim di negeri raja salman bin abdul aziz tersebut. Di mata dr ali syariati, seorang pemikir, intelektual, dan tokoh gerakan islam dari iran, makna haji memegang nilai strategis dalam sudut pandang monoteistik. Lahir di mazinan, pinggiran kota masyhad, iran pada 24 nopember 1933, ali syariati memperoleh gelar doktor di bidang sastra dari universitas sorbonne, prancis.

Syariati syahid di kota london pada 19 juni 1977, satu setengah tahun sebelum revolusi islam iran yang dipimpin imam ayatullah ruhullah khomeini pada februari 1979. Kematiannya akibat skenario pembunuhan yang dilakukan polisi rahasia iran di era rezim shah, savak. Ali syariati sepanjang hidupnya mengabdikan dirinya untuk membangun dan memajukan masyarakat islam dari belenggu kezaliman dan rezim politik otoritarian despotik, seperti iran di era rezim shah reza pahlevi. Ibadah haji, rukun islam kelima, di mata ali syariati merupakan salah satu pilar doktrin islam terpenting, yang mampu memotivasi bangsa muslim dan menjadikan warganya sadar, bebas, terhormat, dan bertanggung jawab secara sosial.

“selain haji, dua pilar doktrin islam lain adalah tauhid dan jihad,” kata ali syariati. Sebagai seorang penganut islam syiah yang taat, ali syariati telah tiga kali menunaikan haji. Satu di antaranya di antara ritual haji yang dia lakukan secara kaffah, ali syariati sempat berkeliling kota makkah. Bagi syariati, ibadah haji adalah evolusi manusia menuju allah swt.

Ibadah haji bagai sebuah pertunjukkan tentang penciptaan, sejarah, keesaan, ideologi islam, dan ummah. Menurut ali syariati, pertunjukan tersebut meliputi beberapa kondisi. Allah swt (tuhan) adalah sutradaranya. Tema yang dibawakan adalah perbuatan orang-orang dan atau makhluk yang terlibat.

Dan para tokoh utamanya yang meliputi adam, ibrahim, hajar, dan setan. Lokasinya adalah masjidil haram, daerah haram, mas’a, arafah, masy’ar, dan mina. Sedangkan simbol-simbol penting adalah ka’bah, shafa, marwah, siang, malam, matahari terbit, matahari tenggelam, berhala, dan upacara kurban. Pakaian dan make upnya adalah ihram, halgh, dan taqshir.

“yang terakhir, aktor dari peran-peran dalam pertunjukan ini hanya seseorang, yakni dirimu sendiri yang sedang menjalankan ibadah haji,” jelas ali syariati. Dalam makna lebih filosofis dan mendalam, ali syariati mengatakan bahwa haji adalah antithesis dari pola kehidupan yang tidak bertujuan dan merupakan pemberontakan melawan nasib buruk yang dibimbing kekuatan jahat. “dengan ibadah haji engkau akan dapat melepaskan diri dari jaring teka-teki yang kusut. Aksi revolusioner yang akan membukakan manusia cakrawala yang terang dan jalan bebas hambatan untuk berhijrah menuju keabadian, menuju allah yang maha kuasa,” ingatnya.

Ibadah haji menggambarkan kepulangan manusia kepada allah swt, tuhan yang menciptakan manusia dan alam semesta beserta isinya. Di masa lalu, perjalanan ibadah haji membutuhkan tempo lama, berbulan-bulan. Sehingga dalam kultur masyarakat indonesia, orang yang mau berangkat ibadah haji mesti didoakan banyak orang secara bersama-sama (salamatan). “pulang kepada allah menunjukkan suatu gerakan yang pasti menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekuatan, pengetahuan, nilai-nilai dan fakta-fakta.


Baca Juga

0  Komentar