Jafar Abdullah, dari Mandar ke Mahakam

Radar Sulbar   Sabtu, 1 Mei 2021

img

Jafar abdullah, dari mandar ke mahakam menjadi pesepakbola yang hebat tak semudah yang kita bayangkan. Perlu kerja keras, ketekunan dan sabar agar bisa mencapai kesuksesan. oleh: yudi sudirman (pengamat/pemerhati sepakbola) hal itulah yang dirasakan oleh jafar abdullah, pesepakbola kelahiran tinambung, kabupaten polmas (sekarang polman), 20 agustus 1975. Jafar abdullah mulai mengenal bola sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia dan teman-temannya memanfaatkan hamparan pasir di pinggiran sungai mandar sebagai lapangan dan potongan bambu sebagai tiang gawangnya.

“kebetulan rumah dekat sungai, jadi mainnya disitu,” kata jafar kepada penulis. Ia sering ikut pertandingan antar anak-anak, yang disponsori oleh orang dewasa dengan pemain lima sampai enam orang satu tim. Menggunakan bola plastik tanpa sepatu. Masa sma dan ps polmas melanjutkan pendidikan sma, jafar semakin intens dalam latihan sepakbola.

Apalagi sekolahnya, sma 2 majene, merupakan sekolah tempat menyatunya pemain berbakat dari majene dan tinambung. Tak heran kalau sekolah ini menorehkan segudang prestasi khususnya cabang olahraga sepakbola di kabupaten majene kala itu. Masih duduk di bangku sma, jafar abdullah juga sudah tercatat sebagai pemain ps. Polmas.

Ia kerap mengikuti turnamen bersama tim yang diarsiteki oleh ahmad sukri tersebut. Juara porwil, hingga mewakili wilayah 1 pada porda yang dihelat di makassar. Usai laga porda, jafar terpilih menjadi pemain yang mengisi skuad sulsel pada pekan olahraga pelajar nasional (popnas) ii 1993 yang berlangsung di stadion siliwangi bandung, jabar. Dan pada tahun 1994, jafar berhasil mempersembahkan juara untuk ps polmas pada turnamen habibie cup v, setelah dipartai puncak menundukkan psm makassar dengan skor 1-0.

Tahun 1996 nyaris meloloskan ps. Polmas ke perempat final divisi ii andai saja tidak kalah selisih gol dari psps pekanbaru. Dan itu merupakan prestasi tertinggi ps. Polmas yang sudah tidak pernah terulang hingga saat ini.

Bergabung di psm-b dan pon sulsel usai berlaga di divisi ii bersama ps. Polmas, jafar abdullah kembali ke makassar, mengikuti jejak arief kamaruddin yang tak lain adalah kakak sepupunya. Sebagai langkah awal, ia mengikuti seleksi dan langsung diterima di psm-b. “saat itu psm-b dilatih oleh johannes deong dan assegaf razak, latihannya di lapangan karebosi,” urai jafar abdullah.

Jelang ligina ii, barulah ia bergabung dalam seleksi di tim senior psm, namanya dinyatakan lolos dalam daftar 25 pemain bersama talenta muda lainnya, seperti yuniarto budi dan rivai jufri. Baru dua bulan bergabung di mess psm di jl. Mapala, kota makassar, waktu itu, kabar duka pun menerpanya dengan meninggalnya ibu yang sangat dicintainya. Atas musibah itu, jafar abdullah minta izin untuk pulang ke mandar mengantar jenazah orang tuanya yang meninggal di salah satu rumah sakit di makassar.

“sangat terpukul dengan musibah ini, setiap hari saya pikirkan membuat semangatku berkurang, sehingga lama di kampung dan tidak kembali ke mess lagi,” kenangnya. Nanti setelah ada panggilan untuk memperkuat pra pon sulsel baru kembali ke makassar. Bersama adam roy, rekannya dari ps polmas ,ia berhasil mengantarkan tim pra pon sulsel lolos di zona sulawesi, sehingga berhak mendapatkan tiket untuk berlaga pada pon xiv/1996 yang berlangsung di jakarta. Usai gelaran pon, jafar abdullah kembali ke tanah mandar dan istirahat selama satu tahun.

Berlayar ke mahakam sempat terpuruk tatkala kehilangan ibu yang sangat dicintainya, jafar abdullah mencoba bangkit dan memulai peruntungan dengan merantau di daratan borneo. Kembali bersama teman seperjuangannya adam roy, mengikuti seleksi di putra samarinda (pusam) yang tengah persiapan menghadapi ligina iv 1997/1998. Dalam seleksi itu, kedua punggawa ps polmas ini dinyatakan lolos dan segera bergabung di klub yang bermarkas ditepian sungai mahakam tersebut. Sejak bergabung jafar abdullah menjadi idola penikmat bola di stadion segiri.

Hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya kala masih bermain di pinggiran sungai mandar lantas menjadi idola suporter di tepian sungai mahakam. Sayang pada musim pertamanya di pusam, liga terhenti di tengah perjalanan akibat pergolakan politik dan krisis moneter. Jafar abdullah memperkuat pusam selama empat musim yakni dari musim 1997/1998 sampai 2000/2001. Musim 2000/2001 merupakan musim terakhirnya membela “pesut mahakam” setelah klub yang pernah merekrut roger milla, striker flamboyan asal kamerun tersebut menyatakan mundur dan tidak menyelesaikan beberapa sisa laganya akibat merasa adanya ketidakadilan terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada salah satu pemainnya dan surat layanan protes akibat keributan saat berhadapan persma manado tidak ditanggapi pssi.

Pusam bubar jafar ke makassar degradasi secara otomatis membuat kondisi pusam kurang kondusif. Apalagi kiprah mereka di ligina cukup bagus. Kondisi inipun membuat beberapa pemain bersiap angkat kaki. Namun tidak semulus yang mereka pikirkan karena masih terikat kontrak dengan klub milik harbiansyah hanafiah tersebut.

Nanti setelah pusam dinyatakan bubar, baru para pemainnya berpencar mencari klub baru demi menyelamatkan karir mereka. Demikian juga dengan jafar abdullah, dia segera menyusul rekannya adam roy yang lebih dulu meninggalkan samarinda menuju makassar. Tiba di makassar, langsung ikut seleksi, tanpa proses yang panjang kontrak pun langsung diteken. Bersama psm makassar hanya mampu finis di babak semifinal.

Setelah itu, manajemen tak memperpanjang lagi kontrak pemain berposisi gelandang ini. Kembali ke samarinda masa kontrak yang hanya sampai satu musim, membuat jafar abdullah tinggalkan makassar dan mencari peruntungan di tempat lain. Surabaya menjadi kota tujuan dengan ikut seleksi di persebaya yang terdegradasi dari divisi utama musim 2002/2003. Baru dua minggu berada di kota pahlawan mengikuti ajang seleksi, cidera menerpanya, membuat jafar angkat kaki dan kembali ke makassar untuk berobat.

Selama di makassar menjalani proses pengobatan dan tak kunjung sembuh. Itu mengingatkan jafar kepada masseur putra samarinda yang dianggapnya cocok selama membela klub tersebut. Hal ini membuat jafar kembali ke samarinda, menemui tukang urut tersebut. Tidak berselang lama, cideranya berangsur membaik dan mengalami perkembangan yang signifikan.

Selama masa recovery, ia manfaatkan latihan ringan di stadion segiri dan kembali ketemu eks. Managernya di pusam. Dari situ dia diajak kembali bergabung dengan pusam yang tengah persiapan mengikuti kompetisi divisi ii. Di divisi ii ini, jafar abdullah dkk tak mampu mengantar pusam ke divisi i dan hanya finis di babak delapan besar, yang digelar di ternate dan maros.

Musim berikutnya, kembali mengadu nasib di petrokimia putra. Saat tengah mengikuti seleksi ditim yang diarsiteki oleh widodo cahyono putro itu, ia mendapat panggilan kerja di pt. Pln (persero) area samarinda. “kebetulan pernah memperkuat kesebelasan pln dalam suatu turnamen antar perusahaan di samarinda, sehingga pihak perusahaan memanggil saya untuk jadi karyawan disana,” beber ayah dari bima dan sakti ini.

Melalui pertimbangan yang matang bersama keluarganya, akhirnya diputuskan untuk kembali ke samarinda sebelum seleksi itu berakhir. Disinilah jafar abdullah menyatakan pensiun dari sepakbola dan hingga kini menetap kerja di pt. Pln (persero) area samarinda. (*).


Baca Juga

0  Komentar