Kematian di Jateng Tinggi, Warga Kurang Mengenal Gejala Covid

Headtopics   Kamis, 8 Juli 2021

img

Kematian di jateng tinggi, warga kurang mengenal gejala covid kematian di jateng tinggi, warga kurang mengenal gejala covid satgas covid-19 menyebut tingginya angka kematian di jawa tengah karena warga kurang memahami gejala covid dan konsep kontak erat. . Mereka kemudian berbondong ke fasilitas kesehatan saat kondisi kesehatan mereka memburuk.kepala bidang penanganan kesehatan satgas covid-19 alexander k. Ginting juga menilai beberapa warga di jateng kurang memahami konsep kontak erat.

Misalnya, ketika salah seorang warga kontak dengan pasien covid-19 selama sepekan, selanjutnya mereka tidak melakukan isolasi mandiri dan cenderung kurang waspada. Baca juga:"di jateng mereka kurang mengenali gejala bahwa mereka covid-19," kata alex saat dihubungicnnindonesia.com, kamis (8/7).jateng diketahui terus mencetak penambahan tertinggi jumlah kematian covid-19 di indonesia. Bahkan pada kamis (8/7) jateng mencatat angka kematian tertinggi dalam sehari yaitu 229 kasus. Kini total 12.364 warga jateng meninggal karena covid-19.

"definisi kontak erat tidak dihayati begitu lho. Jadi yang ke rumah sakit itu sudah pneumonia dan sudah desaturasi oksigen," ujarnya.alex mengklaim sejatinya urusan faskes di jateng tidak ada masalah. Sebab, seluruh daerah telah mengikuti aturan pemerintah di masa-masa lonjakan kasus covid-19 ini. Headtopics.com beberapa di antaranya adalah apabila rs tersebut masuk zona merah atau tingkat keterisian tempat tidur di atas 80 persen, maka pihak rumah sakit harus mengonversi minimal 40 persen tempat tidur rawat inap untuk pasien covid-19, serta mengonversi minimal 25 persen icu dari ruang rawat inap.

Baca juga:kematian akibat covid di jateng melonjak nyaris 100 persenselanjutnya, untuk zona kuning alias bor di atas 60-80 persen, pemerintah meminta rumah sakit mengonversi minimal 30 persen tempat tidur rawat inap untuk pasien covid-19, serta mengonversi minimal 15 persen icu dari ruang rawat inap. Sementara untuk zona hijau atau bor di bawah 60 persen, maka pihak rumah sakit harus mengonversi minimal 20 persen tempat tidur rawat inap untuk pasien covid-19, serta mengonversi minimal 10 persen icu dari ruang rawat inap."kalau faskes itu sudah siap, hanya saja mereka datangnya dalam kondisi berat sehingga di igd harus ditolongin dulu, triase dulu. Makanya seolah-olah antreannya jadi panjang, karena igd mereka harus diperiksa darah, jantung, rontgen," jelasnya. Lebih lanjut, alex juga menduga bahwa tingginya sebaran kasus covid-19 di jateng yang menyebabkan rumah sakit penuh bisa saja terjadi akibat faktor ditemukannya mutasi virus sars-cov-2.badan penelitian dan pengembangan kementerian kesehatan per data 6 juli 2021 mencatat 80 kasus varian b1617.2 delta ditemukan di jateng.

Kemudian satu kasus varian b1351 beta, dan satu kasus varian b117 alpha. Varian delta sendiri memang disebut memiliki tingkat penularan 5-8 kali lebih cepat dari varian sebelumnya. Headtopics.com "diduga kena varian mutasi, tapi kita tidak tahu delta atau yang alpha. Karena itu, harus diperiksa genome sequencing," ujar alex.baca juga:covid pecah rekor: dki terbanyak, jateng kematian tertinggidihubungi terpisah, wakil ketua perhimpunan ahli epidemiologi indonesia (paei) jateng sayono juga menilai melonjaknya kasus kematian warga terpapar virus corona di jateng selaras dengan melonjaknya kasus konfirmasi positif covid-19 yang menyebabkan antrean warga di faskes tak terbendung.

Belum lagi, sayono juga menilai di beberapa lingkup masyarakat umum pekerja informal, masih banyak yang belum menyerap informasi secara penuh. Biasanya mereka akan mendatangi faskes ketika gejala mereka sudah memburuk sehingga berpotensi besar berujung kematian. Kondisi itu berbeda dengan warga yang berada di kelembagaan negeri, perusahaan swasta, dan sektor formal lainnya yang dipantau oleh satgas masing-masing sektor. Sehingga apabila terpapar covid-19 dengan gejala ringan, mereka bisa diarahkan untuk isoman dan disuplai obat.


Baca Juga

0  Komentar