Merger Pelindo Dinilai Tak Cukup Tekan Biaya Logistik

Koran Tempo   Kamis, 22 April 2021

img

Merger pelindo dinilai tak cukup tekan biaya logistik jakarta – rencana peleburan usaha atau merger pt pelabuhan indonesia ( pelindo ) i-iv dinilai tak langsung mengurangi beban biaya logistik. Direktur national maritime institute, siswanto rusdi, mengatakan porsi biaya logistik nasional mencapai 23 persen dari produk domestik bruto (pdb), tapi hanya 1 persen yang berkaitan dengan jasa operator pelabuhan. “biaya lebih banyak yang bersifat birokrasi, misalnya untuk pendapatan negara bukan pajak (pnbp),” kata dia kepada tempo , kemarin. Menurut siswanto, merger bisa membuat standar layanan dermaga kecil meningkat, terutama karena investasi yang mengalir dari holding atau perusahaan induk.

Membaiknya kualitas dan durasi layanan pun bisa menurunkan tarif bongkar-muat secara bertahap. Namun, kata dia, penyedia jasa kargo laut masih dibebani berbagai kewajiban di luar jasa pelabuhan, seperti biaya untuk jasa navigasi serta biaya angkutan barang menuju pabrik. Dalam presentasi di depan dewan perwakilan rakyat (dpr) pada maret lalu, biaya logistik di indonesia melebihi biaya logistik di negara besar. Sebagai contoh biaya logistik di amerika dan jepang tak melebihi 10 persen dari produk domestik bruto (pdb) negara-negara tersebut.

Warga beraktivitas di dekat pelabuhan peti kemas pt pelindo iv, makassar, 20 februari 2016. Tempo/iqbal lubis direktur utama pt pelindo ii (persero), arif suhartono, mengatakan peleburan sumber daya manusia dan keuangan akan membuat pengelolaan investasi perusahaan pelabuhan lebih baik. “membantu perbaikan layanan agar lebih merata,” kata dia. Setelah bergabung, perusahaan merger pelindo diproyeksi mengelola bisnis peti kemas hingga 16,7 juta twenty-foot equivalent units (teus).

Ketua umum asosiasi logistik dan forwarder indonesia (alfi), yukki nugrahawan hanafi, meminta pemerintah membenahi layanan seluruh pengelola pelabuhan , baik pelindo maupun unit pelayanan teknis (upt) kementerian perhubungan. Dia mengatakan kapasitas pelabuhan kelas utama, pengumpan, bahkan dermaga kecil, harus dinaikkan untuk mengantisipasi tumbuhnya permintaan pengiriman barang. Hingga akhir 2019, yukki mencontohkan, pelabuhan tanjung priok, jakarta utara, hanya mampu menampung volume peti kemas hingga 7 juta teus (satuan peti kemas 20 kaki), dari potensi 12 juta teus. Dermaga milik pelindo ii itu menangani arus barang dari 22 kawasan industri di jakarta dan jawa barat.

"pola ideal ekspor-impor sekarang itu just in time , barang harus bergerak saat ada permintaan. Wakil ketua umum bidang maritim dan kepelabuhanan alfi, harry sutanto, berharap merger tersebut bisa menyelesaikan masalah di setiap pelabuhan. “skala usaha dan potensi bisnis hinterland (pesisir) setiap lokasi berbeda,” kata dia. “ada yang mature , ada yang belum memadai.” anggota asosiasi logistik indonesia, zaldy ilham masita, memperkirakan ada potensi kartel dan monopoli layanan pelabuhan jika merger pelindo terjadi.


Baca Juga

0  Komentar