Pefindo: Peningkatan Covid-19 Bisa Turunkan Minat Emisi Obligasi Korporasi

Investor   Kamis, 8 Juli 2021

img

Pefindo: peningkatan covid-19 bisa turunkan minat emisi obligasi korporasi jakarta, investor.id - pt pemeringkat efek indonesia (pefindo) memproyeksikan gelombang kedua pandemi covid-19 bisa mempengaruhi penerbitan surat utang korporasi pada semester ii-2021. Kondisi ini mendorong pefindo untuk meninjau ulang target penerbitan obligasi korporasi di indonesia tahun ini dari kisaran rp 122-159 triliun. Presiden direktur pefindo salyadi saputra mengatakan, gelombang kedua pandemi covid-19 yang berbuntut pada kebijakan perlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (ppkm) darurat bisa memicu ketidakpastian dalam investasi di surat utang. "kondisi tersebut bisa memicu investor untuk memilih wait and see dalam berinvestasi," ujarnya dia dalam acara media briefing secara virtual, kamis (8/7).

Dari sisi penerbit berfikir ulang terkait rencana penerbitan surat utangnya. Pasalnya, kupon surat utang korporasi pasti terpengaruh dengan adanya ketidakpastian di pasar. Peningkatan risiko ini tentu menurunkan minat untuk menerbitkan surat utang, meski tidak semua emiten terlalu selektif dalam melihat risiko ini. "bisa saja ada emiten yang melihat second wave ini terlalu berisiko, sehingga jadi ditunda.

Jadi, kami melihat dulu sejauh mana dampaknya dan berapa lama," terang dia. Pada awal 2021, pefindo menargetkan nilai penerbitan surat utang korporasi sepanjang tahun ini mencapai rp 122-159 triliun. Namun dengan adanya gelombang kedua pandemi covid-19 ini, pefindo sedang mensimulasikan beberapa skenario dari aktivitas penerbitan surat utang korporasi, sehingga akhirnya bisa saja dilakukan revisi untuk penerbitan surat utang korporasi tahun ini. "kalau saat ini masih agak sulit diprediksi, tapi yang pada juli ini sudah hampir pasti penerbitan obligasi akan direalisasikan.

Tapi setelah itu agak sulit diprediksi. Kalaupun ada revisi, mudah-mudahan tidak terlalu banyak," kata dia. Hingga 30 juni 2021, pefindo menerima mandat pemeringkatan obligasi sebesar rp 75,8 triliun. Mandat ini, menurut salyadi, bisa saja direalisasikan atau tidak jadi direalisasikan.

Hal ini tergantung penerbit, apakah memiliki alternatif pendanaan lain di luar obligasi korporasi. Salyadi menyebutkan, mandat dari multifinance masih mendominasi penerbitan obligasi tahun ini, karena dananya digunakan untuk refinancing surat utang jatuh tempo. Pefindo mencatat sekitar tiga multifinance akan menerbitkan obligasi dengan nilai rp 9,3 triliun. Selain multifinance , mandat obligasi yang besar berasal dari dua perusahaan induk senilai rp 13,75 triliun.

Obligasi ini akan digunakan untuk merestrukturisasi anak usahanya. "ada juga dari sektor konstruksi sebesar rp 9,5 triliun yang berasal dari lima emiten," kata salyadi. Hingga semester i-2021, nilai penerbitan surat utang korporasi mencapai rp 43,37 triliun atau meningkat 44,42%, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai rp 30,03 triliun. Default rate dari sisi tingkat gagal bayar ( default rate ), sektor non institusi keuangan masih cukup tinggi pada semester i-2021, yakni mencapai 2,52% atau meningkat dari 2020 yang mencapai 2,2%.

Meski tingkat gagal bayar di sektor non keuangan ini sudah menurun dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 3,74%. "sedangkan untuk sektor keuangan, tingkat gagal bayarnya sudah menurun menjadi 0,1% pada juni 2021," kata dia. Rendahnya tingkat gagal bayar juga terjadi untuk surat utang dengan rating aaa. Sejak 2020 hingga juni 2021, penerbit dengan rating aaa tidak pernah mengalami gagal bayar, baik surat utang maupun perusahaannya.

"perusahaan dengan rating aaa adalah debitur yang bagus, bahkan bank yang sangat selektif memberikan kreditpun tertarik untuk memberikan dananya," kata salyadi. Sementara penerbit dengan rating bbb mengalami kenaikan tingkat gagal bayar menjadi 4,65% pada 2020. Kendati, pada juni 2021, tingkat gagal bayar itu sudah menurun menjadi 4,51%. Editor : parluhutan (parluhutan@investor.co.id).


Baca Juga

0  Komentar