Wacana Liga 1 Hapus Degradasi Dianggap Ngawur

Harianterbit - Sport   Kamis, 6 Mei 2021

img

Wacana liga 1 hapus degradasi dianggap ngawur jakarta - kompetisi sepakbola berjenjang di tanah air bergulir dua bulan lagi. Namun di tengah persiapan, muncul wacana perhelatan liga 1 tidak akan menerapkan sistem degradasi. Wacana itu pun mendapat reaksi keras dari beberapa insan olahraga si kulit bundar. Salah satunya save our soccer (sos).

Lembaga pemerhati sepakbola ini mengecam keras langkah pssi serta pt liga indonesia baru (lib) selaku operator kompetisi apabila skema tersebut direalisasikan. "sungguh ini dagelan di saat negara lain sudah melangkah lebih progresif menjalankan kompetisi menuju kenormalan baru. Sepakbola indonesia malah berpilir mundur. Terkesan main-main.

Lelucon. Kompetisi tanpa degradasi membuka celah menjadi lahan judi," cetus akmal marhali, koordinator sos, dikonfirmasi, rabu (5/5/2021). Menurutnya, marwah kompetisi ialah menerapkan promosi dan degradasi. Sebab, sejatinya kompetisi di seluruh dunia pada dasarnya menerapkan sistem berjenjang.

Tim terbaik akan promosi mengikuti turnamen di level tingkat benua. Sementara tim terbawah wajib terdegradasi ke kasta dibawahnya. Rata-rata dalam hal ini, tiga tim terbawah di liga 1 terlempar ke liga 2 musim berikutnya. Begitu pun sebaliknya.

Tiga tim teratas di liga 2, berhak mendapatkan tiket promosi untuk berkiprah di liga 1 musim depan. Namun, bila sistem alias regulasi tersebut dihapuskan dengan alasan masih dalam masa pandemi covid-19, akmal menentangnya. Menurutnya, hal tersebut justru akan membuka celah bagi para mafia bola. "kompetisi tanpa degradasi membuka celah menjadi lahan judi," jelas dia.

Ia meyakini, tanpa degradasi maka pemain tak akan maksimal mengerahkan kemampuannya. Buntutnya, tak lagi kompetitif. "ingat, inti dari kompetisi adalah promosi dan degradasi. Bila tanpa degradasi, bukan kompetisi namanya.

Tapi, turnamen. Yang dikhawatirkan bila tanpa degradasi pemain atau klub bermain setengah hati. Seadanya saja. Kompetisi ini tidak kompetitif," ujarnya.

"akan terjadi jual beli pertandingan untuk mendapatkan pemasukan yang tidak halal di sepakbola. Dan, bila ini terjadi akan sangat buruk buat perkembangan sepakbola nasional. Sejauh ini judi dan pengaturan skor menjadi penyakit kronis bola kita sampai akhirnya dibentuk tim satgas anti mafia bola," katanya. Ia menegaskan kompetisi yang tak kompetitif akan menjadi aneh.

Bahkan terkesan kontroversi. "intinya, kalau tidak ada degradasi ya tidak perlu ada kompetisi. Buat saja turnamen sepanjang pandemi. Jangan dibuat aneh.

Di satu sisi liga 1 tanpa degradasi, di sisi lain liga 2 ada promosi tanpa degradasi. Saran kami agar sepakbola kita tetap sehat, jalankan saja kompetisi sesuai aturan. Tidak perlu dimunculkan kebijakan kontroversial," katanya lagi. Wacana kompetisi tanpa adanya degradasi muncul saat liga 1 musim lalu sempat terhenti dan hendak dilanjutkan di masa pandemi.


Baca Juga

0  Komentar