Adi Sarana 'Rights Issue' Rp 720 Miliar, IFC Jadi Pembeli Siaga

Investor   Selasa, 27 April 2021

img

Adi sarana 'rights issue' rp 720 miliar, ifc jadi pembeli siaga jakarta, investor.id – pt adi sarana armada tbk (assa) berencana melakukan penambahan modal dengan menerbitkan obligasi konversi ( convertible bond ) melalui hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue senilai rp 720 miliar. International finance corporation (ifc) bertindak sebagai pembeli siaga. Presiden direktur adi sarana armada prodjo sunarjanto mengatakan, jumlah obligasi konversi yang akan diterbitkan sebanyak 600 juta saham. Harga pelaksanaan dari obligasi konversi itu adalah rp 1.200 per saham, sehingga dana yang bisa diraih senilai rp 720 miliar.

Sesuai rencana, obligasi ini bisa dikonversi sejak tanggal emisi sesuai usulan jadwal yang sedang diajukan persetujuannya hingga sebelum tanggal jatuh tempo pada tanggal 25 juni 2023 atau selama dua tahun. Jumlah obligasi konversi yang ditawarkan bersifat zero coupon serta diterbitkan tanpa warkat ( scripless ). Prodjo mengungkapkan, obligasi konversi ini dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan per 31 desember 2020. Adapun sekitar 90,38% dana yang diperoleh akan digunakan untuk melunasi dan membayar sebagian pinjaman bank diperoleh pada 2019.

Pinjaman ini sebelumnya digunakan untuk investasi di bisnis kurir (anteraja) serta akuisisi jba di bisnis lelang otomotif. "kemudian, sekitar 7,01% dari target dana akan digunakan untuk menambah modal kerja, serta sisanya sekitar 2,62% akan digunakan sebagai setoran untuk modal pengembangan usaha baru di bidang jasa pergudangan (titipaja)," jelas dia dalam keterangan resmi, selasa (27/4). Adapun titipaja merupakan bisnis persewaan gudang bersama ( sharing warehouse ) yang di dunia logistik dikenal sebagai e-fulfillment centre. Pelanggan dari titipaja adalah para penjual barang di platform e-commerce , social commerce dan perusahaan-perusahaan consumer goods yang saat ini berubah landscape -nya dan mulai banyak mendistribusikan sebagian produknya langsung kepada pelanggan akhir dengan menggunakan jasa pengantaran anteraja.

Apabila obligasi konversi ini ada tidak diambil oleh para pemegang saham, maka akan diambil oleh ifc yang merupakan anggota world bank group. Ifc bertindak sebagai pembeli siaga dalam pelaksanaan hmetd tersebut. "bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya, maka kepemilikan sahamnya akan terdilusi maksimal sebesar 15,01%," ungkap prodjo. Apabila pemegang obligasi konversi tidak mau menukarkannya menjadi saham pada tanggal jatuh tempo, maka adi sarana akan melunasi nilai pokok obligasi konversi ditambah dengan yield to maturity sebesar 3,5% per tahun, ditambah 1% dari nilai pokok obligasi konversi pada saat tanggal jatuh tempo.

Prodjo berharap melalui convertible bond di right issue ini, bisnis adi sarana bisa semakin berkembang dan bisa terus mengembangkan strategi kami ke arah sharing economy dan tech-based business. "selain itu, kami juga akan terus mengutamakan aspek environment , social dan governance (esg) dalam seluruh aktivitas operasional, salah satunya dengan mendorong pemanfaatan green energy di seluruh pilar bisnis kami,” jelas prodjo. Sementara itu, hingga akhir 2020, adi sarana mencatat perolehan pendapatan sebesar rp 3,04 triliun, meningkat 30,12% dari akhir 2019 yang mencapai rp 2,33 triliun. Pertumbuhan pendapatan adi sarana ditopang oleh stabilnya kinerja masing-masing lini bisnis.

Salah satu kontributor terbesar adalah lini bisnis logistik end to end bernama anteraja. Lini bisnis ini mencatat pendapatan sebesar rp 794,72 miliar pada 2020 atau bertumbuh 841,99% dibandingkan dengan rp 84,37 miliar pada 2019. Anteraja berkontribusi sekitar 24,71% terhadap total pendapatan adi sarana, yang merupakan kontribusi terbesar kedua setelah bisnis rental. Angka ini meningkat sangat signifikan dibanding tahun 2019 yang baru berkontribusi sebesar 3,45% terhadap total pendapatan adi sarana.


Baca Juga

0  Komentar