Empat Bank Besar AS Siapkan Rp 87.000 Triliun untuk Danai Proyek Hijau

Kata Data   Rabu, 28 April 2021

img

Empat bank besar as siapkan rp 87.000 triliun untuk danai proyek hijau industri perbankan dunia mulai mengalihkan fokusnya untuk membiayai proyek hijau berkelanjutan. Setidaknya empat bank besar amerika serikat (as) telah menjanjikan pendanaan hingga us$ 6 triliun atau lebih dari rp 87 ribu triliun selama satu dekade ke depan untuk proyek hijau yang berkelanjutan. Bank-bank ini didorong insentif pajak yang mencapai miliaran dolar yang akan mereka dapatkan dengan membiayai proyek-proyek yang terkait dengan lingkungan, sosial, dan tata kelola ( environmental, social, and governance/esg ). Komitmen untuk membiayai proyek-proyek hijau berkelanjutan ini dimulai ketika bank of america mengumumkan laporan keuangan 2020 pada januari lalu.

Dalam laporan tersebut boa mengungkapkan telah memangkas tarif pajak pendapatannya menjadi hanya 5,8% dari seharusnya 21% berkat pembiayaan untuk proyek esg. Hal ini memicu kehebohan di wall street dan menjadi perhatian pesaing boa seperti jp morgan chase, citigroup, dan morgan stanley. Ketiga bank ini pun mengikuti langkah boa untuk mulai membiayai proyek-proyek hijau dan berkelanjutan. Jp morgan chase, misalnya, mengumumkan akan mengalokasikan hingga us$ 2,5 triliun (rp 36.250 triliun) untuk membiayai dan memfasilitasi proyek berkelanjutan dan ramah lingkungan selama satu dekade ke depan.

Sedangkan citigroup dan morgan stanley masing-masing menganggarkan us$ 1 triliun (rp 14.500 triliun). Sementara bank of america (boa) sendiri menetapkan target us$ 1,5 triliun (rp 21.750 triliun) untuk membiayai proyek-proyek esg. Keempat bank ini pun dikenal sebagai wall street esg club. "perkenalkan klub esg baru yang bernilai triliunan dolar di wall street.

Bank melakukan ini untuk menyenangkan regulator, mengesankan pemegang saham dan aktivis lingkungan, melakukan kebaikan, dan mengurangi tagihan pajak mereka," kata sejumlah analis wall street, seperti dikutip bloomberg , rabu (28/4). Analis perbankan dari fitch ratings, christopher wolfe menyebutkan bahwa segalanya akan mulai berubah, dan bank harus berada di posisi terdepan. Wolfe tidak hanya mengacu pada perubahan sikap terkait energi bersih dan perubahan iklim, tapi juga prospek kenaikan pajak pendapatan perusahaan yang diajukan pemerintahan joe biden. Presiden as joe biden memang tengah mengupayakan tarif pajak pendapatan yang lebih besar kepada perusahaan, dari semula 21% menjadi 28%.

Ini merupakan salah satu cara pemerintah as untuk membiayai rencana infrastruktur biden yang ambisius dan program perlindungan tenaga kerja. Pasalnya ketika presiden as sebelumnya, donald trump, memangkas pajak perusahaan pada 2017, bank-bank terbesar as mendapatkan dana segar hingga us$ 32 miliar (rp 464 triliun) dari penghematan pajak. Itulah mengapa bank mulai mencari jalan keluar jika rencana biden menaikkan pajak pendapatan perusahaan terlaksana. Rencana infrastruktur biden menyerukan perluasan kredit pajak untuk perumahan berpenghasilan rendah, bangunan hemat energi dan energi terbarukan.

Ini menjadi opsi pembiayaan baru bagi industri keuangan. “investasi esg bagus untuk bisnis," kata direktur energi terbarukan spesialis pajak foss & co, bryen alperin. Komitmen pembiayaan triliun dolar untuk proyek ramah lingkungan keempat bank ini sebenarnya bukan hal baru. Boa yang berjanji menyalurkan us$ 1 triliun untuk bisnis lingkungan hanya meningkatkan komitmen yang dibuatnya pada 2019 sebesar us$ 300 miliar.

Jpmorgan sebelumnya telah berkomitmen untuk memberikan us$ 200 miliar pembiayaan berkelanjutan untuk tahun 2020. Mencakup us$ 1 triliun untuk inisiatif hijau, ditambah kesepakatan yang akan meningkatkan kualitas hidup di negara berkembang dan memajukan inklusi ekonomi di pasar maju. Morgan stanley, yang menjanjikan us$ 250 miliar dalam bentuk pendanaan rendah karbon tiga tahun lalu, melipatgandakan target tersebut. Setidaknya pada bulan ini tiga kali lipat sekaligus guna meningkatkan tujuan pembangunan sosial lainnya.

Sedangkan citigroup memperluas target keuangan lingkungan menjadi us$ 500 miliar pada tahun 2030 dari us$ 250 miliar pada tahun 2025. Tambahan us$ 500 miliar akan digunakan untuk investasi pendidikan, perumahan terjangkau, perawatan kesehatan, inklusi ekonomi, keuangan komunitas, keuangan pembangunan internasional, rasial dan keragaman etnis, dan kesetaraan gender. Janji tentang pembiayaan energi bersih merupakan salah satu peran industri keuangan dalam krisis iklim. Menurut data bloomberg, bank menyalurkan lebih dari us$ 3,9 triliun pinjaman dan layanan penjaminan emisi kepada perusahaan bahan bakar fosil sejak awal 2016.

Jp morgan, wells fargo & co. Dan citigroup adalah tiga bank teratas dalam penyaluran pinjaman dan penjaminan gabungan terhadap proyek bahan bakar fosil yang nilai keseluruhannya mencapai us$ 638 miliar. Citigroup dan morgan stanley termasuk di antara lebih dari 40 bank global yang berjanji untuk mengurangi jejak karbon dari portofolio keuangannya serta menargetkan capaian nol emisi karbon ( net zero emission ) pada 2050. Kemudian pada awal april, kelompok investor yang mengelola lebih dari us$ 11 triliun (rp 159.500 triliun) meminta bank-bank terbesar di dunia untuk menghentikan pembiayaan proyek bahan bakar fosil dan mendukung tujuan perjanjian paris.


Baca Juga

0  Komentar