Mewarnai Idul Fitri dengan Kreasi Virtual

Koran Tempo   Sabtu, 15 Mei 2021

img

Mewarnai idul fitri dengan kreasi virtual sebelum dan selama ramadan lalu, akun instagram pawai amm kotagede menerima banyak pesan masuk dari sejumlah pengikutnya. Rata-rata, mereka menanyakan apakah pada tahun ini pawai malam takbiran di kotagede akan diadakan kembali. “banyak yang meminta kami membuat pawai malam takbiran lagi seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata ketua seksi pawai angkatan muda muhammadiyah (amm) kotagede, muhammad arba’an, kepada tempo , jumat lalu. Banyaknya pertanyaan itu muncul karena pada tahun lalu pawai malam takbiran yang sudah menjadi tradisi di kotagede ditiadakan akibat pandemi covid-19.

Pada tahun ini, acara ikonik yang menjadi salah satu ciri khas kota yogyakarta itu pun tak bisa digelar. Sejak awal mei lalu, pemerintah dan tokoh masyarakat setempat sudah mengumumkan tak memperbolehkan ada kegiatan keramaian pada ramadan kali ini. Alasannya masih sama: mencegah kluster penularan virus corona. “warga banyak yang rindu acara pawai malam takbiran karena memang setiap tahun selalu ada,” kata aan–panggilan muhammad arba'an.

Bagi para anggota seksi pawai amm kotagede pun, ujar aan, kekosongan acara sejak ramadan 2020 menjadi sumber kegelisahan. “bagi kami, kalau bulan puasa enggak bikin kegiatan, rasanya jadi beban. Kami merasa berdosa kepada warga kotagede.” pawai malam takbiran di kotagede memang menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi warga setempat. Sudah puluhan tahun acara yang melibatkan ribuan anak muda dan anak-anak dari seluruh wilayah kecamatan itu digelar.

Peserta dan penontonnya pun kerap kali berasal dari wilayah luar kotagede. Biasanya, acara itu diadakan dengan menutup ruas jalan hingga sepanjang 3 kilometer. Puluhan kelompok pengajian mempertunjukkan kreasi mereka dengan bacaan takbir sambil berpawai diiringi musik dari gamelan ataupun drumband. Peserta memakai kostum unik dan melakukan gerakan koreografi.

Mereka juga membawa lampion hias ukuran raksasa beraneka bentuk, seperti robot transformer, tokoh pewayangan, kaligrafi, serta miniatur bangunan masjid dan tugu yogyakarta. Ketua seksi pawai amm kotagede, muhammad arba'an (kanan). Dok. Pribadi selain hiburan, kata aan, pawai ini menjadi ajang unjuk kreativitas warga.

“ini ajang berkompetisi juga bagi kelompok pengajian di wilayah kotagede. Kalau menang, rasanya bangga sekali,” kata pria berusia 22 tahun itu. Pada 2020, aan bercerita, sebetulnya mereka sudah merencanakan acara pawai secara matang sejak enam bulan sebelumnya. “tapi tahun lalu keburu ada pandemi.

Jadi, semua rencana gagal.” pada tahun itu, para anggota seksi pawai amm kotagede pun hanya membuat program-program di media sosial, seperti pembuatan film pendek dan podcast. Pada tahun ini, karena banyaknya pertanyaan dari warga, aan dan rekan-rekannya pun tergerak untuk membuat acara. Namun, karena situasi belum memungkinkan, mereka kembali merancang kegiatan virtual. Mereka mengadakan lomba videografi yang bisa diikuti kelompok pengajian di kotagede, yang biasanya menjadi peserta pawai malam takbiran.

Mereka diajak membuat film pendek dengan tema "satu tekad takbir dari kami di masa pandemi". Inisiatif itu disambut positif warga. Panitia juga mendapat dukungan sponsor dari angkatan muda muhammadiyah serta lembaga zakat infaq dan shadaqah muhammadiyah. Sepuluh kelompok pengajian anak-anak dan remaja mengikuti kompetisi tersebut dengan menampilkan video cerita berdurasi 3-5 menit melalui akun instagram masing-masing.

Pemenang kompetisi ini diumumkan di youtube seksi pawai amm kotagede pada malam takbiran, rabu lalu. Aan mengakui jumlah peserta lomba videografi yang baru pertama kali digelar ini sangat sedikit dibanding peserta pawai. Jumlah peserta acara pawai takbiran bisa 30-40 kelompok pengajian. Situasi pandemi yang membuat anak-anak dan remaja sulit untuk berkumpul membuat partisipasi dalam lomba video ini tak banyak.

“tapi segitu juga bagi kami sudah alhamdulillah. Setidaknya, aktivitas kelompok pengajian yang sempat vakum selama masa pandemi ini bisa mulai bergerak lagi.” anggota seksi pawai amm kotagede, yogyakarta, yang mengadakan lomba video takbiran virtual idul fitri. Dok. Pribadi dalam acara ini, video pendek berjudul metamorfosa takbiran karya anak muda dari kelompok pengajian al amien kleco, kitren, kotagede, keluar sebagai pemenang.

Video berdurasi lima menit itu menceritakan kesedihan anak-anak di kampung yang tahun ini tak bisa mengikuti acara pawai malam takbiran. “tema lombanya memang mengangkat bagaimana anak-anak dan remaja di kotagede mengisi kekosongan kegiatan selama ramadan,” ujar aan. Para pemenang kompetisi mendapat hadiah uang rp 1 juta untuk juara pertama, rp 750 ribu untuk juara kedua, rp 500 ribu untuk juara ketiga, dan rp 250 ribu untuk juara favorit. Meskipun nominal hadiah tak terlalu besar, aan menjelaskan, kegiatan semacam ini berdampak positif bagi kelompok pengajian anak-anak.

Sebab, mereka kini kembali punya kegiatan bersama dan memiliki kebanggaan karena karya mereka ditonton orang lain. *** situasi hampir mirip terjadi di kecamatan barabai, kalimantan selatan. Biasanya, di kota kecamatan yang juga menjadi pusat pemerintahan kabupaten hulu sungai tengah itu ada festival takbir keliling yang diadakan warga dan kelompok anak muda setempat. Acara semacam ini tak hanya digelar pada ramadan.

Setiap malam pergantian tahun baru hijriah dan malam hari raya idul adha, festival rakyat itu juga berlangsung meriah. namun, pada masa pandemi, aneka acara yang jadi tempat berkumpul dan hiburan warga itu terpaksa tak digelar. Wilayah barabai memang termasuk zona hijau pandemi covid-19. Namun, bahkan di zona hijau, sebetulnya tak ada tempat yang benar-benar aman dari penyebaran virus corona. Masalahnya, warga barabai terkesan tak acuh terhadap protokol kesehatan.

Mereka tetap berkumpul dan berkegiatan tanpa menjaga jarak. “aktivitas masyarakat di sini berjalan biasa saja, seakan-akan tidak ada pandemi,” kata m. Maulidinur rahman, pemuda setempat yang aktif di organisasi kepemudaan barabai muda. Kelompok remaja nur hidayah banjarbaru mengikuti kompetisi video takbiran yang diadakan organisasi pemuda barabai muda, kalimantan selatan.

Dok. Barabai muda melihat kondisi itu, rahman mengusulkan agar barabai muda, yang bergerak di bidang kepemudaan, sosial, dan budaya, mempromosikan edukasi mengenai protokol kesehatan. Agar nyambung dengan ramadan dan menggantikan kekosongan acara selama bulan puasa, rahman merancang lomba video takbiran virtual bagi anak muda setempat. Ide itu disambut baik.

Barabai muda, yang beranggotakan sekitar 20 orang, kemudian mengumumkan lomba lewat akun instagram mereka sejak akhir april lalu. Sebanyak 98 orang dari 12 tim anak muda mengirimkan video berbentuk film pendek ataupun video penampilan kesenian musik tradisional yang mengiringi bacaan takbir. “pesertanya tidak hanya dari daerah barabai dan kalimantan selatan, tapi juga ada kelompok pemuda dari provinsi lain yang ikut lomba ini.” pemilik usaha lokal pun turut mendukung acara ini dengan menjadi sponsor kegiatan. Pemenang dalam lomba video ini adalah kelompok remaja nur hidayah banjarbaru.

Dalam video berdurasi lima menit itu, mereka menampilkan nyanyian takbir diiringi musik rebana dan gamelan banjar. Karena pandemi, para pemain gamelan dan rebana tampil memakai masker dan menjaga jarak. “sekalian edukasi mengenai protokol kesehatan,” kata rahman. Pembuatan rumah hunian sementara bagi korban banjir di kalimantan selatan oleh barabai muda.

Instagram/barabai muda selain mengadakan acara lomba video, barabai muda membuka pengumpulan donasi bagi korban banjir kalimantan selatan. “di kabupaten hulu sungai tengah, kondisi banjirnya termasuk cukup parah. Ada sekitar 200 rumah yang hilang dan puluhan rusak parah.” donasi ini digunakan untuk pembangunan sejumlah rumah hunian sementara berbahan kayu untuk ditempati para pengungsi. Sejauh ini sudah ada 13 unit rumah yang sudah selesai dibangun dan diserahkan kepada pengungsi.


Baca Juga

0  Komentar