Pertumbuhan Ekonomi Pascaresesi

Investor   Sabtu, 22 Mei 2021

img

Pertumbuhan ekonomi pascaresesi mengawali tahun 2021, pemulihan ekonomi indonesia masih berjalan lambat. Dalam konferensi pers 5 mei lalu, badan pusat statistik (bps) mencatat pertumbuhan ekonomi indonesia pada kuartal i tahun ini masih -0,74% ( year-on-year ). Sebelum dihantam covid-19, pertumbuhan ekonomi indonesia pada kuartal i-2020 masih positif 2,9%. Kemudian pertumbuhan menjadi minus dalam empat kuartal berturut-turut.

Pertumbuhan paling rendah terjadi pada kuartal ii-2020 yakni -5,32%. Sinyal optimisme pemulihan ekonomi yang kuat datang dari tiongkok. Pada kuartal i-2021, negeri tirai bambu itu sudah mencapai pertumbuhan sangat tinggi, sekitar 18,3%. Pertumbuhan yang tinggi itu dicapai oleh tiongkok setelah pada kuartal i tahun lalu pertumbuhan negeri ini terpuruk -6,8% sebagai negara pertama yang dihantam covid-19.

Saat ba nyak negara yang perekonomiannya terseok-seok lantaran virus corona, pertumbuhan ekonomi tiongkok pada kuartal ii-2020 sudah positif, yaitu 3,2%. Pada tahun 2020, tiongkok tidak mengalami resesi seperti nega ranegara lainnya, dengan pertumbuhan positif 2,3%. Pemerintah indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5% pada tahun ini. Sejumlah lembaga internasional memberi angka proyeksi lebih rendah terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia pada tahun ini, seperti bank dunia memprediksikan sebesar 4,4%, adb 4,5%, dan dana moneter internasional (imf) 4,8%.

Pada tahun ini indonesia diprediksi sudah lepas dari jeratan resesi. Imf memperkirakan banyak negara yang bisa mencapai pertumbuhan positif pada 2021. Bah kan, beberapa negara diprediksikan mampu meraih pertumbuhan cukup tinggi disbanding sebelum pandemi, seperti amerika 6,4%, tiongkok 8,4% dan india 11%. Pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini juga diperkirakan mencapai 6%.

Pertumbuhan ekonomi tinggi yang bakal diraih banyak negara tahun ini karena adanya low based effect. Pertumbuhan ekonomi pada tahun ini tidak seperti kondisi normal sebelum pandemi. Wajar pertumbuhan beberapa negara cu kup tinggi karena pada tahun lalu resesi mereka terpuruk cukup dalam. Bahkan, sejumlah negara angka resesinya sempat dua digit pada satu atau dua kuartal tahun lalu.

Pertumbuhan yang kinclong pada tahun ini belum tentu bisa mengkompensasi resesi yang cukup dalam pada tahun lalu. Sejumlah negara akan mencapai kondisi normal seperti sebelum masa pandemi diperkirakan pada tahun 2022. Resesi keuangan amerika 2008 sebelum pandemi covid-19, krisis ekonomi terparah setelah great depression (1929) adalah resesi keuangan di amerika serikat pada tahun 2008. Saat itu, sejumlah lembaga keuangan besar seperti lehman brothers dan aig mengalami collapse yang menimbulkan efek domino yang dahsyat ke perekonomian paman sam.

Pada tahun 2008-2009, pertumbuhan ekonomi amerika terpuruk menjadi masing-masing sebesar -0,13% dan -2,5%. Banyak orang yang kehilangan rumah dan pekerjaan. Namun, pada tahun 2010 dan 2011 pertumbuhan amerika sudah kembali positif yaitu masing-masing sekitar 2,5% dan 1,5% (www.worldbank.org). Memang dalam dua atau tiga tahun, perekonomian amerika sudah pulih.

Namun, jika diambil rentang waktu lebih panjang yaitu dalam sepuluh tahun, menunjukkan angka berbeda. Dalam sepuluh tahun sebelum resesi, pertumbuhan amerika rata-rata 3,1%, sedangkan sepuluh tahun pascaresesi hanya mencapai 2,2%. Dalam sepuluh tahun pascaresesi, pertumbuhan ekonomi amerika tidak sebaik sepuluh tahun sebelum resesi. Sebagai negara raksasa ekonomi di dunia, apapun yang terjadi di amerika akan berdampak global.

Kawasan eropa menjadi kawasan yang sangat terdampak resesi amerika. Di negara-negara uni eropa, dalam sepuluh tahun terakhir sebelum resesi keuangan amerika, rata-rata pertumbuhan adalah 2,5%. Kemudian sepuluh tahun setelah resesi hanya mencapai 1,5%. Pemulihan pascaresesi tersandung krisis yunani pada tahun 2010 yang menyebar ke kawasan eropa dan membuat integritas mata uang euro yang saat itu sedang bersinar sebagai mata uang baru, menjadi agak redup.

Kondisi serupa juga dialami tiongkok. Sepuluh tahun sebelum resesi keuangan amerika, tiongkok bisa mencapai rata-rata pertumbuhan 9,9%. Sementara, sepuluh tahun pascaresesi hanya mencapai pertumbuhan rata-rata 7,6%. Bahkan tiongkok memasuki pelemahan ekonomi ( slowdown ) pada 2014-2015.

Negara tirai bambu itu mulai merevisi kebijakan satu keluarga satu anak ( one child policy ) yang diterapkan sejak 1979. Kebijakan ini menjadi biang keladi melemahnya konsumsi dalam jangka panjang yang menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi. Sejak pelemahan tersebut, negeri yang dipimpin xi jinping ini terus memperkuat sektor konsumsi dalam negeri. Pemulihan ekonomi pascaresesi dipicu melonjaknya harga komodi tas sejak tahun 2010.

Saat itu, banyak negara-negara berkembang yang ketiban ‘durian runtuh’ sebagai produsen bahan mentah. Sayang, kondisi ini tidak terlalu lama. Pertumbuhan ekonomi global pada sepuluh tahun sebelum resesi bisa mencapai 3,4%, sementara sepuluh tahun pascaresesi hanya 2,9%. Meski dalam jangka pendek sepertinya ekonomi global sudah pulih dari resesi keuangan 2008 namun dalam jangka panjang sebenar nya ekonomi global belum be narbenar pulih dari resesi 2008.

Variabel lain yang cukup krusial saat pemulihan adalah angka pengangguran. Dalam beberapa kasus resesi ekonomi, angka pe ngangguran tidak cepat untuk turun meski pertumbuhan ekonomi sudah back to normal dalam jangka pendek. Resesi keuangan membuat angka pengangguran di amerika serikat melonjak menjadi 9,2% pada tahun 2009. Angka pengangguran di kisaran 9% bertahan hingga 2011 dan memasuki angka 8% di tahun terakhir periode pertama kepemimpinan presiden barack obama.

Presiden donald trump cukup jitu meramu ke bijakan untuk menurunkan pengangguran. Pada tahun 2018 dan 2019, trump bisa menekan angka pengangguran hingga sekitar 3% sebelum badai pandemi covid-19 datang. Krisis 1998 untuk konteks indonesia, titik episentrumnya bukanlah pada tahun 2008-2009, namun, pada tahun 1998. Krisis 1998 membuat pertumbuhan ekonomi indonesia terpuruk hingga -13%.

Dalam dua puluh tahun sebelum 1998, pertumbuhan ekonomi indonesia rata-rata per tahun bisa mencapai 6,3% sementara dalam dua puluh tahun pascakrisis 1998, rata-rata pertumbuhan per tahun hanya sekitar 5%. Meski reformasi memberi ruang kebebasan politik lebih luas namun mesin ekonomi di era reformasi belum bisa mencapai pertumbuhan sebaik mesin ekonomi di era orde baru. Di antara negara-negara di asia yang terhantam krisis 1998, negara yang paling lama pulihnya adalah indonesia. Krisis 1998 tidak hanya menghantam sisi ekonomi namun seluruh sendi kehidupan bangsa terutama politik.

Rekonsiliasi politik dan penguatan lembaga demokrasi menjadi kunci pemulihan ekonomi nasional pascakrisis yang membutuhkan waktu cukup panjang. Tanpa transisi politik saat itu, sulit untuk memulihkan perekonomian nasional. Spirit utama reformasi adalah memperbaiki tatanan ekonomi orde baru. Banyak aspek yang sudah diperbaiki seperti penguatan sektor perbankan, restrukturisasi utang luar negeri, kebijakan mata uang dan penurunan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (apbn).

Protokol krisis juga dibuat untuk membangun resiliensi perekonomian nasional. Sejumlah external shock yang mengganggu perekonomian nasional juga berhasil diredam. Stabilitas ekonomi pascakrisis 1998 memang terjaga namun harus diakui pertumbuhan ekonomi masih tersendat di kisaran 5%. Agresifnya pemerintahan presiden joko widodo (jokowi) dalam menggenjot pertumbuhan malah digempur gelombang covid-19.

Pemulihan ekonomi layaknya tubuh manusia. Ketika seseorang menderita sakit cukup berat lalu berangsur sembuh, dia kemudian bisa beraktivitas seperti semula. Meski sudah sembuh, namun banyak kasus ketika seseorang sudah sembuh dari sakit keras kondisi fisiknya tidak sebaik ketika sebelum sakit. Begitu juga dengan kondisi perekonomian.

Pascaresesi, dalam dua atau tiga tahun mungkin kondisi perekonomian suatu negara sudah pulih seperti sebelum resesi. Namun, dalam jangka panjang bisa jadi kinerja perekonomiannya tidak sebaik ketika sebelum resesi. Potret pertumbuhan ekonomi pascakrisis 1998 dan resesi 2008 bisa jadi warning. Tentu saja banyak faktor yang mempengaruhi.

Setiap negara yang pernah mengalami resesi memilik titik episentrum masing-masing tergantung kedalaman resesinya. Setiap resesi juga memiliki dampak merusak yang berbeda. Seringkali resesi menimbulkan trauma mendalam bagi pelaku ekonomi lantaran terjadi gejolak seperti melonjaknya angka pemutusan kerja, banyaknya perusahaan yang bangkrut dan meningkatnya kredit macet. Bahkan di sejumlah negara, resesi juga berdampak ke aspek sosial seperti perceraian, kriminalitas dan bunuh diri.

Pascaresesi, perusahaan dan rumah tangga lebih berhati-hati dalam perencanaan anggaran. Ambisi ekspansi perusahaan agak tertahan dengan penataan di masa pemulihan. Perusahaan juga membuat sejumlah langkah untuk mengantisipasi datangnya resesi di masa mendatang. Sektor rumah tangga juga akan lebih selektif dalam belanja.

Orientasi pengeluaran hanya untuk alokasi yang sangat penting saja. Dalam jangka pendek, kini kunci pemulihan ekonomi adalah pengendalian penyebaran pandemi covid-19. Negara yang bisa menekan penyebaran covid-19 akan lebih mudah dalam memulihkan perekonomian. Dalam jangka panjang, pengambil kebijakan ( policy makers ) memiliki tantangan untuk memformulasikan kebijakan agar pertumbuhan ekonomi pascaresesi bisa lebih baik daripada sebelum resesi.


Baca Juga

0  Komentar