Buka Kartu Agar Tak Galau Melulu

Koran Tempo   Sabtu, 15 Mei 2021

img

Buka kartu agar tak galau melulu fenomena orang asyik bermain gadget ketika sedang berkumpul dengan teman atau keluarga sudah menjadi pemandangan lumrah. Namun, di mata lathifa al anshori, situasi semacam itu merupakan gejala sosial memprihatinkan, terutama bagi anak muda. Tingginya tingkat ketergantungan pada telepon seluler, kata lathifa, bisa menimbulkan persoalan lain: gangguan kesehatan mental dan menurunnya kemampuan komunikasi verbal anak muda. Lathifa merujuk pada sejumlah penelitian yang menyebutkan kerentanan remaja dan anak muda mengalami depresi atau stres.

Laporan badan kesehatan dunia (who) pada 2020 menyatakan, separuh dari kasus gangguan kesehatan mental terjadi sejak usia remaja (14 tahun) dan kebanyakan kasusnya tak terdeteksi dan tidak tertangani. Depresi juga, menurut who, menjadi salah satu penyebab utama gangguan kesehatan fisik dan ketidakberdayaan di kalangan anak muda. Dalam laporan yang dirilis pada september tahun lalu, who menyebutkan 10 sampai 20 persen remaja di seluruh dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Faktor yang meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental pada anak muda di antaranya adalah tekanan pergaulan, keinginan untuk merasa lebih bebas, pencarian identitas seksual, serta tingginya akses dan penggunaan alat-alat teknologi.

Kepedulian lathifa, yang sehari-hari bekerja sebagai anggota staf ahli di kementerian komunikasi dan informatika, terhadap isu tersebut muncul berdasarkan pengalamannya sendiri. “beberapa tahun lalu saya juga pernah mengalami depresi,” ujar perempuan berusia 29 tahun itu kepada tempo , senin lalu. Kala itu, lathifa pernah mencoba menyimpan masalahnya sendirian. Ia bersikap seperti itu karena tak mau menunjukkan kelemahannya.

Namun ternyata sikap itu tak membantu lathifa pulih. Ia justru mengaku bersyukur ketika bertemu dengan psikolog dan menceritakan kondisinya. “dari situ, saya menyadari, ternyata mengobrol itu bisa sangat berguna dan membantu pemulihan kesehatan mental.” berangkat dari pengalaman pribadi dan melihat fenomena tingginya tingkat ketergantungan anak muda terhadap gadget , sarjana ilmu politik dan administrasi publik dari universitas kairo, mesir, ini terdorong untuk berbuat sesuatu. “aku terpikir membuat suatu permainan yang bisa dimainkan anak muda untuk menyelesaikan persoalan-persoalan khas anak muda, terutama terkait dengan kesehatan mental mereka,” tutur master resolusi konflik dari universitas massachusetts, boston, amerika serikat, itu.

Kartu teman buatan lathifa al anshori dan komunitas teman anti galau. Dok. Pribadi tercetuslah ide menciptakan permainan kartu yang bisa dimainkan dua orang atau lebih, sebagai pengganti kebiasaan bermain ponsel. “daripada anak muda setiap ngumpul dengan temannya malah sibuk bermain ponsel, kan lebih baik ada aktivitas yang bisa mereka lakukan bersama.” kartu yang dirancang lathifa dan timnya itu, meski berbentuk seperti kartu remi, isi dan cara bermainnya berbeda dengan permainan kartu biasa.

Kartu teman--begitu kartu itu dinamai--berisi 99 lembar kartu yang masing-masing berisi pertanyaan dalam bahasa indonesia dan inggris. Misalnya, “apa yang membuatmu merasa insecure ?”, “hal apa yang sering membuatmu merasa baper (bawa perasaan)?”, sampai pertanyaan simpel seperti “di mana posisi favoritmu saat duduk di bioskop?”. Kartu ini dirancang untuk dimainkan dua orang atau lebih. Para pemain mengambil satu kartu secara bergiliran dan bertanya kepada lawan mainnya berdasarkan tulisan di kartu.

Orang yang ditanya tentu harus menjawab dengan jujur. Lathifa memperkenalkan kartu ini melalui akun instagram @temanantigalau pada februari lalu dan dijual melalui wahana jual-beli daring. Tanggapan terhadap kartu ini ternyata positif. Pesanan terus berdatangan.

Pada pertengahan ramadan lalu, kartu teman dikemas dalam boks bingkisan lebaran yang juga berisi makanan ringan, teh, dan botol gelas susu berbentuk unik. Bingkisan itu laris manis. “ternyata banyak orang yang merasa paket lebaran berisi kartu teman ini cocok untuk dikirim ke orang lain,” ujar mantan jurnalis televisi ini. Kartu teman, kata lathifa, tak hanya bisa menggantikan kebiasaan asik bermain ponsel saat sedang nongkrong.

Aneka pertanyaan dalam kartu-kartu tersebut diharapkan bisa menjadi pencair suasana, sekaligus bahan pembuka obrolan ketika orang bertemu dengan temannya. “lewat kartu ini, kita bisa tahu lebih dalam kepribadian teman kita,” ujar perempuan yang pernah menjadi caleg termuda, 22 tahun, dari sebuah partai politik pada pemilu 2014 itu. Lewat permainan ini, menurut dia, para pemain diajak berlatih berkomunikasi secara verbal. “berbicara tentang diri mereka sendiri sekaligus mendengarkan orang lain ketika berbicara.” bukan hanya membuat obrolan makin seru, tapi sekaligus mendorong anak muda tak segan mengungkapkan isi hati dan pikirannya kepada orang lain.

Setelah kartu teman, lathifa dan timnya di teman anti-galau akan merilis kartu lain, yakni kartu si dia. Tema permainan kartu itu lebih mengarah ke romansa yang bisa berguna buat pasangan atau calon-calon pasangan. “sekitar 90 persen sudah siap, tapi kami sedang menunggu momen yang pas untuk meluncurkan kartu ini.” di luar merancang dan memproduksi permainan kartu, lathifa mengarahkan teman anti-galau menjadi ruang bagi anak muda untuk saling berbagi dan bercerita. Karena terbatas pandemi, aktivitas komunitas ini masih terbatas di media sosial.


Baca Juga

0  Komentar