Pentingnya Ketelitian dan Diksi Pidato

Koran Tempo   Senin, 10 Mei 2021

img

Pentingnya ketelitian dan diksi pidato jakarta – mantan juru bicara kepresidenan , andi mallarangeng, mengatakan akurasi data dalam penyusunan pidato kepala negara sangat penting. Proses penyusunan dan penyuntingan naskah harus dilakukan secara hati-hati karena pidato disiarkan kepada seluruh masyarakat indonesia. Andi mengatakan, dalam urusan pidato, semestinya masyarakat menangkap pesan yang sama dengan apa yang disampaikan presiden. “jadi harus hati-hati, terutama soal akurasi data dan pemilihan katanya,” kata andi kepada tempo , kemarin.

Ia menyesalkan kesalahan penyebutan bipang ambawang sebagai makanan yang direkomendasikan presiden joko widodo saat mengajak masyarakat membeli penganan khas daerahnya sebagai pengganti mudik. Pernyataan jokowi itu disiarkan dalam video yang diunggah di akun youtube kementerian perdagangan pada 5 mei 2021. Video bertajuk “05.05 hari bangga buatan indonesia” itu berisi acara peringatan bangga kepada produk lokal. Menurut andi, pemilihan kata “bipang” justru berisiko memberikan penafsiran yang berlawanan dari pesan presiden, sehingga memancing polemik di masyarakat.

Bipang ambawang adalah makanan berupa babi panggang. Andi mengemukakan, ketika menjadi juru bicara presiden susilo bambang yudhoyono, salah satu tanggung jawabnya adalah membuat naskah pidato. Andi bertanggung jawab penuh dalam penulisan naskah pidato di acara yang tak terlampau formal, seperti ajakan kepada warga atau sambutan dalam suatu acara yang dihadiri presiden. Sedangkan dalam acara kenegaraan ataupun pidato peringatan hari besar negara, materi pidato disiapkan kementerian sekretaris negara dan diserahkan kepada juru bicara.

Saat menjalankan tugasnya, andi mendapat materi dari kementerian ataupun lembaga. Setelah bahan diterima, dia memverifikasi sejumlah materi dengan bantuan pihak ketiga, seperti pakar, organisasi masyarakat sipil, atau lembaga pemerintah di luar lingkaran istana. Ketika verifikasi rampung, tahap selanjutnya adalah pembuatan naskah dalam bentuk poin-poin pernyataan. “pak sby sangat suka bentuk pointers karena, saat berbicara, dia menggunakan bahasanya sendiri.

Tapi tetap saya tuliskan naskah itu dalam narasi,” ujar andi. Setelah draf rampung, andi pun membawanya ke presiden sby untuk mendiskusikannya bersama. Tak jarang sby mengusulkan catatan-catatan yang diketahuinya atau menghapus sejumlah kata yang tidak disukai. Pemeriksaan berlapis ini, kata andi, membuat risiko kesalahan menjadi sangat minim.

Andi mengklaim, selama dirinya menjabat juru bicara, presiden sby tak pernah memberikan pernyataan publik yang salah. Yusril ihza mahendra. Dokumentasi tempo/wisnu agung prasetyo staf khusus penyusun naskah pidato presiden soeharto, yusril ihza mahendra, juga mengatakan penyusunan naskah pidato membutuhkan ketelitian yang tinggi. Kepada tempo beberapa waktu lalu, dia mengaku sering dipanggil soeharto untuk menanyakan maksud tulisan yusril dalam sebuah naskah pidato.

Bahkan, kata dia, tidak jarang naskah pidato dikembalikan ke yusril untuk direvisi. Saat dikembalikan, sering kali naskah sudah dipenuhi corat-coret bertinta merah. “itu tandanya naskah saya sudah dibaca kata per kata. Saya senang saat itu,” ujar yusril.

Pengamat politik dari universitas al azhar indonesia, ujang komarudin, mengatakan, selain harus didukung proses verifikasi yang ketat, kualitas pidato sangat ditentukan oleh pribadi sang presiden. Dia mencontohkan sejumlah pernyataan ataupun pidato presiden sby yang dianggap bagus karena ketelitiannya. Menurut dia, sby merupakan aktor perfeksionis yang ingin berkomunikasi secara sempurna. “makanya tak ada kontroversi dalam menyampaikan pesan-pesan istana ke publik,” kata dia.


Baca Juga

0  Komentar