BSI Optimalkan Dana Ziswaf

Investor   Jumat, 30 April 2021

img

Bsi optimalkan dana ziswaf jakarta - pt bank syariah indonesia tbk (bsi) terus mengoptimalkan pengumpulan serta penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf). Realisasi pengumpulan ziswaf nasional masih rendah. Dengan potensi mencapai rp 327,6 triliun, dana ziswaf yang terkumpul di tanah air saat ini baru sekitar rp 12,5 triliun atau hanya 3,8%-nya. Dana ziswaf bukan hanya bisa digunakan untuk mengurangi angka kemiskinan, menyejahterakan umat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, tapi juga mengurangi ketimpangan dan menciptakan harmonisasi ekonomi antara kalangan atas dan bawah.

Dana ziswaf bahkan dapat digunakan sebagai sumber dana pembangunan, beasiswa, tanggung jawab sosial perusahaan ( corporate social responsibilty /csr), serta kebutuhan-kebutuhan lainnya di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial. "dana ziswaf diharapkan bisa dimobilisasi dengan baik sebagai sumber dana penunjang pembangunan, termasuk untuk beasiswa, pembangunan komunitas, atau dana csr," ujar direktur utama bsi, hery gunardi pada acara silaturahmi bsi dengan para pemimpin redaksi media massa di jakarta, kamis (29/4). Berdasarkan data badan amil zakat nasional (baznas), pada 2020 total dana ziswaf yang terkumpul mencapai rp 12,5 triliun, tumbuh 18% dibanding rp 10,6 triliun pada 2019. Tahun ini, jumlahnya diestimasikan naik 58% menjadi rp 19,7 triliun.

Meski pengumpulannya terus meningkat setiap tahun, dana ziswaf yang terakumulasi belum seberapa dibanding potensinya yang mencapai rp 327,6 triliun. Secara perlahan, pengumpulan ziswaf akan dioptimalisasi pada masa mendatang. Dengan begitu, pengumpulan dana ziswaf diproyeksikan mencapai rp 33,04 triliun pada 2022 dan rp 54,31 triliun pada 2023. (lihat tabel) hery gunardi mengungkapkan, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, indonesia memiliki potensi zakat yang besar dan sangat signifikan bagi pemberdayaan umat.

Untuk membantu mengoptimalkan pengumpulan dan penyaluran dana ziswaf, bsi akan berkolaborasi dengan baznas. “sebagai bagian dari ekosistem ini, bsi memainkan peran penting dalam pengelolaan ziswaf yang reliable dan transparan. Bsi akan bekerja sama dengan baznas untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana ziswaf,” tutur dia. Kerja sama bsi dan baznas, menurut hery, diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan pengumpulan dan penyaluran ziswaf nasional.

Melalui kerja sama dengan organisasi pengelola zakat (opz), pemerintah, dan sejumlah asosiasi, emiten yang melantai di bursa efek indonesia (bei) dengan sandi saham bris itu memosisikan diri sebagai mitra transaksi dan pemberdayaan masyarakat yang bisa diandalkan untuk pengumpulan ziswaf. Hery gunardi menjelaskan, bsi dapat menjadi pilihan masyarakat untuk menyalurkan dana ziswaf secara instan melalui layanan pada platform bsi mobile. Per maret lalu, ada sekitar rp 3,26 miliar dana ziswaf yang terkumpul melalui aplikasi bsi mobile. Jumlah tersebut, kata dia, berasal dari 99 ribu donatur, yang total transaksinya mencapai 303 ribu.

Sedangkan pengumpulan zakat melalui kanal non-mobile banking sampai akhir 2020 tercatat rp 630 juta dari 113 ribu transaksi yang meliputi 69 ribu customer identification file (cif). "pembayaran ziswaf melalui mobile banking bsi memang belum terlalu besar. Tapi sejalan dengan selesainya cabang-cabang bsi pada oktober 2021, pengumpulan ziswaf diharapkan meningkat. Transaksi juga belum banyak.

Karena itu, donaturnya pun akan kami tingkatkan di masa mendatang," ucap dia. Hery gunardi menambahkan, selain mengandalkan layanan pengumpulan dana ziswaf melalui platform mobile , bsi telah bekerja sama dengan baznas untuk pengembangan pengelolaan ziswaf. Kerja sama yang telah berjalan sejauh ini adalah penggunaan kartu co-brand tap cash ib hasanah. Kedua pihak juga berkolaborasi dalam pembinaan manajemen mitra penghimpunan baznas dan mengupayakan terciptanya kemudahan akses informasi data zakat antara kedua institusi.

Dia mengemukakan, selanjutnya bsi dan baznas bakal menjalin kerja sama layanan keuangan dan operasional baznas di seluruh indonesia, kerja sama layanan zakat aparat sipil negara (asn), serta publikasi dan peningkatan literasi layanan ziswaf. Itu belum termasuk kerja sama penyaluran zakat perusahaan, serta penyaluran csr di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dakwah, program pembangunan kemanusiaan, dan pengentasan kemiskinan. Negara syariah sementara itu, ketua baznas ri, prof dr kh noor achmad yang hadir secara virtual, menerangkan, tingkat literasi zakat di indonesia masih tergolong menengah-rendah. Hal ini pula yang menyebabkan belum optimalnya realisasi ziswaf.

“selain itu, masyarakat masih banyak yang terbiasa mengumpulkan ziswaf melalui pihak lain nonlembaga pengumpul resmi. Jumlah ziswaf yang dikumpulkan di luar lembaga resmi diestimasikan mencapai rp 61,3 triliun,” ujar dia. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, menurut noor achmad, baznas tengah gencar melakukan kampanye gerakan cinta zakat yang diluncurkan presiden jokowi belum lama ini. Kampanye tersebut dibuat untuk mendorong pengumpulan ziswaf dan memastikan penyalurannya tepat sasaran bagi mereka yang membutuhkan.

“untuk gerakan cinta zakat, baznas telah banyak didukung oleh bsi. Gerakan ini tujuannya lebih ke arah meningkatkan zakat ke masyarakat. Dalam konteks ini, kami ingin ada satu penyadaran bahwa ada harta muzaki (orang yang wajib membayar zakat), ada harta ilahiah (ketuhanan). Kami harapkan ada gerakan tolong-menolong, saling membantu antarmanusia yang didasari adanya harta ketuhanan tersebut,” papar dia.

Noor achmad mengakui, pencatatan pengumpulan ziswaf mencapai rp 12,5-12,7 triliun tahun lalu. Itu merupakan perhitungan ekstrapolasi. Sedangkan hitungan sebenarnya baru sebesar rp 4,7 triliun. Pencatatan sebesar rp 12,5-12,7 triliun diperoleh dari baznas ri, baznas provinsi dan kabupaten/kota se-indonesia, serta lembaga amil zakat (laz) seluruh indonesia.

Menanggapi rendahnya penetrasi tersebut, noor achmad menjelaskan, pihaknya fokus pada faktor kunci untuk melakukan literasi sekaligus mengeksekusi pengumpulan ziswaf. Penetrasi bakal lebih efektif lewat kolaborasi dengan para pemangku kepentingan ( stakeholders ) lain, media massa, organisasi masyarakat, kementerian agama, serta masjid-masjid. "hal yang terpenting adalah eksekusi zakat oleh muzaki. Maka dari itu, kami juga terus berkomunikasi dengan para muzaki agar mereka mengajak muzaki yang lain," tandas dia.

Noor achmad menuturkan, banyak hal sedang dirancang baznas dan pihak-pihak terkait lain, misalnya usulan amendemen uu no 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. “banyak potensi yang belum tergarap, contohnya para youtuber. Kami pun ingin media sosial berperan sebagai sarana berzakat. Selain itu, kami berharap pemerintah menerbitkan peraturan presiden (perpres) tentang asn, tni, dan polri, termasuk korporasi, yang berkenan untuk berzakat,” papar dia.

Dia menegaskan, pengaturan tentang zakat tidak mengarah ke negara syariah. Sebab dalam konteks ziswaf, ada kewajiban dari muzaki yang memiliki harta ketuhanan untuk membayar zakat. Juga ada kewajiban untuk menyalurkan dana sosial. “ini perlu dipahami betul, sebab potensi zakat di antaranya untuk kehidupan sosial.

Pada saatnya, zakat juga bisa dimaksimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tandas dia. Jika betul-betul digerakkan, kata noor achmad, zakat berpotesi menjadi penyeimbang antara orang miskin dan orang kaya. “kami sadar betul dan semua sadar betul, kaya-miskin itu tidak bisa dibalik begitu saja. Insya allah kekuatan potensi ekonomi yang dibalut dengan zakat itu luar biasa harmonisnya," ucap dia.

Menurut dia, ziswaf akan membuat ekonomi terdistribusi dengan baik, sehingga harta tidak hanya berputar pada kalangan orang kaya saja. Ziswaf, khususnya zakat, mampu menciptakan sirkulasi kekayaan di antara orang kaya dan prasejahtera, bahkan akhirnya mampu menjadikan para mustahik (orang yang berhak menerima zakat) sebagai penyalur zakat. Noor achmad mengemukakan, cita-cita itu sudah dan terus diwujudkan baznas melalui penyaluran modal usaha. Hal serupa dilakukan di sektor pendidikan.

Belakangan, baznas meminta izin dari kementerian luar negeri (kemenlu) untuk menyalurkan dana ziswaf kepada mahasiswa di luar negeri. "ini juga yang dilakukan bersama bsi. Tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Kerja sama dengan bsi tentu akan menyasar masyarakat paling bawah.

Baznas memiliki jaringan ke masjid-masjid, sedangkan bsi memiliki jaringan nasabah kelas bawah. Harapan kami masing-masing punya peran," tandas dia. Nilai tambah menurut dirut bsi, hery gunardi, bsi memainkan peran penting dalam meningkatkan realisasi penerimaan ziswaf. Namun, perseroan juga harus mampu mengikuti perkembangan zaman untuk setidaknya menumbuhkan minat dan dorongan masyarakat untuk menggunakan produk keuangan syariah.

"artinya, bank syariah yang hadir seperti bsi harus memiliki nilai tambah dibandingkan sebelumnya, terutama dalam hal nilai produk. Bsi harus memiliki produk yang bersaing, tidak hanya dari nilainya tapi dari aspek harga," ucap dia. Hery menjelaskan, produk bank syariah dulu kerap dianggap tidak bisa bersaing dengan bank konvensional karena margin yang dibebankan lebih besar. Hal itu perlu segera dibenahi.

Dari aspek layanan, proses bisnis mesti disederhanakan. "kita harus mengambil value proposition bahwa bank syariah mampu menciptakan produk-produk yang kompetitif, tapi tetap berpegang pada prinsip syariah dengan layanan berkelas," kata dia. Hery gunardi meyakini, sekitar 209 juta penduduk muslim di indonesia ingin mendapatkan layanan dan produk syariah. Tapi juga perlu diakui bahwa informasi dan komunikasi yang dilakukan masih kurang.


Baca Juga

0  Komentar