Bukan untuk Gamer Kebanyakan

Koran Tempo   Jumat, 30 April 2021

img

Bukan untuk gamer kebanyakan sekali lagi, terbukti bahwa para penggemar video game juga merupakan pecandu sadomasokis. Semakin tersiksa oleh permainan di layar monitor, semakin dia terhanyut dalam kecanduan. Tak percaya? mainkan saja returnal, yang baru dirilis sony interactive entertainment, kemarin. Game ini dibuat eksklusif untuk playstation 5— yang terus saja langka sejak diluncurkan di pasar indonesia pada januari lalu.

Returnal berkisah tentang petualangan—lebih tepatnya, kesialan—selene, sang astronaut. Pesawat kargonya jatuh di planet atropos yang dipenuhi monster. Kengerian mencekam sejak menit-menit awal, begitu selene menemukan jasad yang mulai membusuk yang tak lain adalah dirinya. Belakangan, dia menyadari, setiap kali dia meninggal, dia akan kembali ke momen saat pesawatnya terempas.

Sendirian, terjebak dalam siklus kematian yang tak berujung. Perjalanan selene sungguh pelik. Di hampir setiap tempat, dia dikerubungi monster yang menghamburkan bola energi. Istilahnya, bullet hell.

Maksimal tiga kali terkena, dia mati. Sementara itu, alat penyembuh teramat langka. Dalam returnal, musuh tingkat keroco pun memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Maksimal satu detik, mereka bisa mendeteksi keberadaan kita dan menyerang dengan pola yang tak tertebak.

Selain itu, mereka dapat melontarkan rentetan peluru dari jauh atau tiba-tiba menerjang dengan hantaman fisik. Bullet hell dalam returnal. Dok playstation.com. Sejauh apa pun lokasi kematian, permainan dimulai dari titik awal.

Dalam game, konsep ini dikenal dengan permadeath alias kematian permanen. Semua item yang kita pungut raib. Hal yang membuat game ini lebih sulit adalah planet atropos selalu berubah saban selene hidup lagi. Jadi, jangan harap kita bisa menghafalkan pola serangan musuh.

Tingkat kesulitan game ini termasuk yang paling tinggi. Gamer mengenalnya dengan roguelike. Sukar mencari padanan istilah ini. Namun semua unsur subgenre yang terinspirasi dari rogue, game komputer keluaran 1980, terpenuhi dalam returnal , selain kematian permanen, lingkungan yang terus berubah, dan alur pertempuran yang cepat ( fast paced ).

Contoh lain game dengan subgenre ini adalah hades (2018) dan slay the spire (2019). "game ini tidak untuk semua orang," kata david firmanto halim, game reviewer dari kanal the lazy media. Dia baru menghabiskan 50 jam yang diiringi ratusan omongan jorok untuk menyelesaikan enam dunia returnal saat tempo mewawancarainya, dua hari lalu. "penyukanya pasti yang suka roguelike.

Pemain kasual tidak." antagonis dalam returnal memiliki kecerdasan artifisial yang tinggi sehingga pola serangan sulit ditebak. Dok playstation.com. Bagi mereka yang baru menyentuh dunia roguelike lewat returnal, david, 27 tahun, punya kabar baik. Menurut dia, game besutan housemarque ini tergolong ringan untuk ukuran roguelike.

"ini termasuk roguelite," ujarnya. Unsur yang meringankan itu di antaranya adalah sejumlah obyek yang sifatnya permanen, seperti pedang dan alat selam. Jadi, sekali kita mendapatkannya, barang itu terus ada di inventaris setiap kali memulai dari awal. Hal lain adalah kelihaian selene menghindari serangan lewat dash.

Hampir semua jenis serangan bisa kita elakkan dengan sekali memencet tombol o. Menurut david, bagi mereka yang penasaran, returnal tetap bisa dimainkan, bahkan dinikmati, oleh gamer kebanyakan. Tipnya adalah jangan jadikan kematian sia-sia. Pelajari gerakan setiap monster dan eksploitasi kelemahan mereka di siklus berikutnya, terutama bos musuh.

Playstation merilis game anyar, returnal, pada jumat, 30 april 2021. Game besutan housemarque ini dibuat khusus untuk playstation 5 dan mengoptimalkan kelebihan konsol terbaru tersebut. Sebelum memutuskan melanjutkan permainan melawan bos, kata david, pemain bisa membuat standar tersendiri. Misalnya, telah mendapatkan senjata level sekian dan health bar bertambah sekian banyak.

"jika standar itu belum terpenuhi, lebih baik eksplorasi lebih jauh atau ulang dari awal ketimbang pasti kalah dan membuang waktu," ujarnya. Saya termasuk gamer rata-rata yang kepincut siksaan returnal. Saya memulai game ini dengan tingkat kepercayaan diri tinggi karena baru menamatkan demon's souls untuk yang kedua kalinya. Demon's souls— juga terbitan sony— merupakan mbahnya soul series yang terkenal susah nauzubillah.

Hasilnya, dengan malu hati, saya masih terjebak di dunia pertama returnal, meski telah menghabiskan lebih dari 15 jam. Bolak-balik mencoba, selalu mentok di raja pertama, entah sampai kapan. Tingkat kecanduannya lumayan berat, sampai saya sebagai pencinta persija rela melewati kick-off leg kedua piala menpora pada ahad malam lalu. Jika anda ingin mencoba game ini, saya sarankan jangan memainkannya saat puasa agar pahala tidak jadi gembos..


Baca Juga

0  Komentar