Dikit-dikit Lama-lama Utang WIKA Semakin Membukit

Cnbcindonesia-market   Selasa, 6 April 2021

img

Dikit-dikit lama-lama utang wika semakin membukit jakarta, cnbc indonesia - sektor konstruksi menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi covid-19. Proyek-proyek konstruksi terpaksa mangkrak ketika indonesia pertama kali kedatangan tamu tak diundang dari wuhan, china. Mangkraknya proyek ini menyebabkan sektor konstruksi yang padat modal harus merugi parah akibat arus kas yang macet. Sementara beban keuangan yang jumbo akibat hutang usaha yang besar harus tetap dibayar.

Hal ini tentu saja tercermin dari laporan keuangan badan usaha milik negara (bumn) karya di tahun 2020 yang kinerjanya jatuh bila dibandingkan dengan setahun sebelumnya. beberapa bumn karya laba bersihnya terpaksa terpangkas hingga 90%. Salah satu bumn karya tersebut adalah pt wijaya karya tbk (wika) yang laba bersihnya ambruk pada tahun 2020. Tercatat wika membukukan untung bersih sebesar rp 50 miliar, tidak merugi memang, akan tetapi angka ini turun 92% dari laba bersih tahun lalu. Meskipun masih untung, bukan berarti wika selamat dari permasalahan lain yang sudah disebutkan di atas yakni besarnya hutang yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat dan perlu dilunasi.

Tercatat hutang jangka pendek wika melesat di tahun 2020 ini dari posisi tahun 2019 sebesar rp 30,3 triliun menjadi rp 44,1 triliun di akhir tahun 2020 atau kenaikan sebesar 45,54%. Tercatat kas dan setara kas perseroan di posisi tahun akhir tahun 2020 berada di angka rp 14,9 triliun, sehingga melunasi seluruh utang jangka pendek perseroan menggunakan kas dan setara kas perusahaan bukanlah opsi yang bisa dipilih. Opsi lain yang bisa di pilih tentu saja salah satunya merilis obligasi, medium term notes (mtn), atau lain sebagainya. Akan tetapi tentu saja pemilik dana juga mengetahui buruknya kinerja perseroan sehingga bisa saja menaikkan bunganya setinggi langit.

Pilihan penerbitan obligasi juga tentu saja ada batasnya, dimana ketika obligasi tersebut sudah jatuh tempo dan perseroan tidak mampu membayar maka tentunya perusahaan harus siap menerbitkan obligasi baru, dengan bunga yang lebih tinggi tentunya. Hal ini tentu saja akan semakin menekan biaya keuangan perseroan di masa mendatang. Opsi lain yang tersedia tentu saja menjual jalan tol milik perseroan, akan tetapi pertanyaannya siapa investor yang bersedia membeli di tengah adanya pandemi? jika ngotot ingin mencari pembeli maka perseroan tentu saja harus menjual jalan tol tersebut di harga murah dan mengingat biaya pembangunan jalan tol tersebut tidak murah maka opsi ini juga akan menjadi cukup sulit pagi perseroan. Melihat hal ini wajar memang apabila menteri badan usaha milik negara periode 2011-2014, dahlan iskan meyakini adanya ramalan dari para ekonom mengenai ketahanan bumn infrastruktur tinggal tunggu waktu.


Baca Juga

0  Komentar