Duh! Nasib Sial, IHSG Kehilangan Arah & Anjlok Nyaris 1%

Cnbcindonesia-market   Senin, 26 April 2021

img

Duh! nasib sial, ihsg kehilangan arah & anjlok nyaris 1% jakarta, cnbc indonesia - kesialan kembali menghampiri bursa saham domestik. Mengawali perdagangan perdana pekan ini, indeks harga saham gabungan (ihsg) ditutup dengan koreksi yang cukup parah. Ihsg keluar ke bawah level psikologis 6.000 setelah ambles 0,86%. Perdagangan senin (26/4/2021) ditutup dengan ihsg di level 5.964,82.

Transaksi yang tercatat hanya rp 9,8 triliun. Investor asing juga melepas kepemilikannya di saham-saham domestik. Saham-saham big cap pelat merah masih mendominasi aksi jual asing. Saham pt bank rakyat indonesia tbk (bbri) dan pt bank mandiri tbk (bmri) yang ambles lebih dari 2,5% masing-masing dilepas asing senilai rp 220,7 miliar dan rp 153,5 miliar.

Kemudian ada juga saham pt bank tabungan negara tbk (bbtn) yang ambles lebih dari 3% setelah dilepas asing rp 100 miliar. Saham big cap bumn lain yakni pt telekomunikasi indonesia tbk (tlkm) juga tak luput dari aksi jual asing. Net sell asing di tlkm mencapai rp 34,1 miliar dan membuat harga saham telekomunikasi pelat merah tersebut terpangkas 1,81%. Di saat ihsg mengalami penurunan, sebanyak 193 saham menguat, 304 saham turun dan sisanya 139 stagnan.

Banyak sekali sentimen yang membuatihsg terkapar di zona merah. Mulai dari sepinya transaksi akibat beralihnya investor ke aset kripto. Kinerja keuangan emiten yang kurang memuaskan hingga prospek pertumbuhan ekonomi yang terus terpangkas. Dalam sebulan terakhir bursa saham domestik juga terus ditinggalkan oleh investor asing.

Data perdagangan mencatat bahwa nilai aksi jual bersih (net sell) asing di bursa domestik dalam satu bulan terakhir tembus rp 5 triliun. Direktur utama pt star asset management reita farianti mengatakan faktor utama pasar saham dalam negeri cenderung sepi lantaran kekhawatiran investor global terhadap kenaikan inflasi amerika serikat yang akan lebih tinggi dari ekspektasi. Hal ini dapat memaksa the fed, bank sentral amerika serikat untuk melakukan tapering. Hal tersebut ditandai dengan naiknya yield obligasi 10 tahun as dari 0.91% di akhir desember 2020 menjadi 1.74% pada akhir maret 2021 serta penguatan dolar amerika serikat.

Tak hanya investor asing, namun investor institusi dalam negeri juga memilih untuk mulai berhati-hati dan cenderung mengambil jalan wait and see. Belum lagi para investor ini juga menantikan rilis data kinerja emiten untuk periode akhir maret 2021. Dia menyebutkan, saat ini manajer investasi cenderung menantikan sejumlah katalis positif yang akan mendorong pergerakan indeks saham. Seperti penawaran umum saham perdana (initial public offering/ipo) perusahaan teknologi besar yang diharapkan dapat terjadi tahun ini.

Hal ini dinilai dapat menarik dana investor asing masuk dan membuat ihsg kembali bergairah. Nyatanya, penurunan nilai perdagangan saham ini dinilai juga disebabkan karena kebijakan bpjs ketenagakerjaan atau bp jamsostek yang memutuskan untuk mengurangi porsi saham dalam portofolio investasinya. Direktur panin asset management rudiyanto menilai sentimen bp jamsostek cukup pengaruh ke pasar, mengingat bpjs merupakan investor institusi yang mengelola dana besar yang sanggup bersaing dengan investor asing. Hal ini yang menyebabkan bursa saham relatif sepi transaksi belakangan ini.

Untuk diketahui, nilai transaksi saham di bursa itu tergolong sepi mengingat nilai transaksinya tidak lebih tinggi daripada rerata transaksi harian 2020 rp 9,21 triliun. Sebagai pembanding lain, nilai transaksi rp 8 triliun itu juga masih lebih lemah dibanding rerata transaksi harian pada 2019 lalu yakni rp 9,1 triliun. Nilai ini bahkan masih jauh tertinggal dari nilai transaksi di awal tahun ini. Di mana secara berturut-turut pada januari, februari, dan maret nilai perdagangan di bei mencapai rp 20 triliun, rp 15 triliun, dan rp 11 triliun per hari..


Baca Juga

0  Komentar