Mengantisipasi Tekanan Inflasi di Kota Medan

Medan Bisnis Daily - News   Jumat, 9 April 2021

img

Mengantisipasi tekanan inflasi di kota medan berdasarkan survei pemantauan harga (sph) dari bank indonesia (bi) maret 2021, perkembangan harga bulan lalu mengalami inflasi sebesar 0,09% (month-to-month/mtm). Hal ini jelas mengalami perbedaan signifikan dengan yang terjadi tahun lalu. Berdasarkan catatan dari badan pusat statistik (bps), laju inflasi selama 2020 sangatlah rendah, bahkan terendah dalam sejarah penghitungan inflasi yang dilakukan bps dalam beberapa dekade tahun terakhir, yaitu 1,68%. Berdasarkan hasil rilis angka inflasi bps, sepanjang 2020 inflasi komponen volatil (harga bergejolak) masih menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 3,62% (bps, 2020).

Komoditas pada kelompok volatil umumnya adalah berasal dari komoditas makanan (volatile food ), seperti beras, cabai, minyak goreng, telur ayam ras, mi instan, dan sebagainya.terjadinya inflasi pada komoditas makanan ini sejalan persentase kenaikan angka kemiskinan nasional pada september 2020 sebesar 4,18% jika dibandingkan angka kemiskinan pada september 2019. Hal yang sama juga terjadi di kota medan. Harga sejumlah kebutuhan bahan pokok ikut berangsur naik. Terjadi peningkatan harga khususnya pada hasil pertanian, seperti cabai merah, bawang merah dan bawang putih.

Untuk cabai merah kini menjadi rp 105.000. Per kg, bawang merah rp 22.000 per kg dan bawang putih rp 27.000 per kg. Informasi ini didasarkan pada data dinas perindustrian dan perdagangan (disperindag) kota medan yang mulai melakukan langkah antisipatif menjelang bulan suci ramadan. (disperindag kota medan, 2021).

Menyikapi kondisi ini, pengendalian harga menjadi hal utama menghadapi tekanan inflasi jelang bulan suci ramadan. Apalagi di tengah situasi pandemi covid-19, potensi terjadinya lonjakan harga karena besarnya permintaan konsumen menjadi hal yang sangat riskan dalam mendorong tekanan inflasi selama pandemi covid-19. Berdasarkan data yang dirilis bps nasional secara akumulatif inflasi yang terjadi pada 2020 relatif lebih rendah tercatat angka inflasi sebesar 0,25%. Meskipun demikian tekanan harga ini penting untuk diantisipasi pemerintah kota demi menimalisir dampak buruk yang dapat ditimbulkan kepada masyarakat umum.

Antisipasi utama hadirnya wabah pandemi covid-19 telah membuat perekonomian banyak negara dunia menjadi kian melemah, yang berimbas terjadinya inflasi rendah, bahkan deflasi secara penuh. Namun kini keadaan ekonomi banyak negara dunia mulai berbalik arah, ditandai dengan inflasi yang berangsur naik. Tingkat inflasi di negara-negara anggota g20 terpantau mulai mengalami kenaikan secara signifikan. Hal ini dapat diamati sejak desember hingga bulan lalu, yang tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,2 poin.

Argentina dan turki tercatat masih menjadi dua negara dengan tingkat inflasi tertinggi, ditambah kedua negara tersebut mengalami instabilitas ekonomi sebelum pandemi covid-19 terjadi. Baca juga: rasional pertumbuhan ekonomi 2021 negara argentina mencatat tingkat inflasi tinggi, depresiasi nilai tukar terhadap dolar as hingga defisit anggaran serta transaksi berjalan terjadi karena kebijakan yang tak terarah. Terjadinya subsidi berlebihan dan kebijakan cetak uang secara masif telah mendevaluasi mata uang negara mereka dan membuat kepercayaan investor dunia menjadi ikut turun. Di negara-negara berkembang yang masuk dalam kelompok g20, tingkat inflasi masih di atas 3,5% (yoy).

Sementara di negara-negara maju inflasi cenderung di bawah sasaran target bank sentral sebesar 2%. Mayoritas negara anggota g20 mengalami kenaikan inflasi, kecuali india, indonesia, prancis, spanyol, cina dan swiss, yang justru mengalami perlambatan. Tingkat inflasi di indonesia berada di bawah sasaran target bank indonesia (bi) sebesar 3% plus minus 1 poin persentase. Inflasi memang memiliki tren siklikal.

Namun apabila inflasi terus melambat, bisa menjadi bahaya. Untuk indonesia, misalnya, bisa kembali terjerat dalam jebakan deflasi seperti kuartal ketiga tahun lalu. Awal maret ini, bi memperkirakan inflasi hanya di kisaran 1,37% (yoy). Angka ini melambat dibanding bulan februari 2020.

Terjadinya inflasi ini pun masih disumbang oleh naiknya harga-harga pangan yang meroket, terutama tanaman seperti cabai sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak mendukung, sehingga menghambat rantai pasok yang ada di indonesia. Dari sisi permintaan, tekanan daya beli masih terbilang lemah yang tercermin dari inflasi inti yang menunjukkan kenaikan harga barang-barang yang cenderung persisten. Tingkat inflasi inti indonesia berada pada level terendah sejak 10 tahun terakhir. Pada akhir februari lalu inflasi inti indonesia tercatat mencapai 1,53% yang artinya ada masalah serius dengan daya beli masyarakat indonesia.

Likuiditas ekonomi tahun lalu pemerintah sudah menggelontorkan hampir rp 700 triliun untuk stimulus dan bi turut menginjeksi likuiditas lewat penurunan giro wajib minimum (gwm) serta ekspansi moneter sebesar hampir rp 727 triliun. Kebijakan yang akomodatif tersebut juga akan dilanjutkan tahun ini, dimana bi melakukan penambahan likuiditas (kemampuan dalam pembayaran kewajiban) dengan melakukan ekspansi operasi moneter sekitar rp 7,44 triliun (per 19 januari 2021). Tak hanya itu, dari sisi fiskal pemerintah juga banyak memberikan stimulus insentif. Mulai dari pembebasan pajak penjualan atas barang mewah(ppnbm) hingga kerja sama bi dan otoritas jasa keuangan (ojk) melonggarkan aturan kredit sehingga down payment (dp) kendaraan bermotor maupun properti bisa nol persen dan mampu mendorong terjadinya permintaan yang besar.

Berbicara likuiditas, potensi ekonomi indonesia sebenarnya cenderung berlimpah. Hal itu dapat ditunjukkan pada laporan tinjauan kebijakan moneter bi, yang menunjukkan angka pertumbuhan besaran moneter pada desember 2020 masih tetap tinggi,yaitu sebesar 18,5% (yoy) dan 12,4% (yoy). Terjadi pertumbuhan dana pihak ketiga yang mencapai 11,11% pada 2020 berkat pelonggaran likuiditas yang ditempuh bi. Bi pun memberikan suku bunga kredit yang rendah, mengikuti tren penurunan suku bunga acuan.

Rata-rata suku bunga kredit modal kerja perbankan pada akhir 2020 telah menyentuh level 9,15%, atau turun 88 basis poin dibandingkan akhir tahun 2019. Di sisi lain, pasokan uang yang beredar dalam output perekonomian telah mencapai 44,7% pdb. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya 38,8% pdb. Selain karena faktor kontraksi output perekonomian, injeksi likuiditas lewat stimulus juga memiliki peran dalam mendorong terjadinya peningkatan ini.

Sementara itu, pada saat sama kecepatan uang berpindah tangan (money velocity) mengalami penurunan. Rasio money velocity selama tahun 2020 hanya sebesar 2,24 kali. Padahal pada tahun sebelumnya mencapai 2,58 kali. Sementara rata-ratanya sejak 2002 adalah sebesar 2,47 kali.

Rasio ini mengindikasikan jika ekonomi indonesia memang belum kembali normal seperti sebelum pandemi. Ada dua hal krusial mengapa tekanan inflasi selama pandemi covid-19 tak kunjung mengalami penurunan. Pertama, masyarakat yang memiliki akses layanan keuangan selama pandemi covid-19 akan cenderung mengambil inisiatif sederhana dengan cara menabung dan menahan diri berbelanja. Hal inilah yang membuat fungsi intermediasi perbankan akhirnya berjalan lambat.

Hal ini tercermin dari kondisi langkah penyaluran kredit yang ikut melambat dan akhirnya membuat uang hanya mengendap di rekening bank dalam waktu yang lama. Kedua, tidak agresifnya dunia perbankan indonesia dalam upaya taktis penyaluran kredit membuat arus permintaan pasar menjadi terganggu. Hal ini dapat dipahami, karena masyarakat dan para pelaku usaha masih menunggu terjadinya penurunan suku bunga dan munculnya berbagai insentif lain sebelum berani melakukan aktivitas berbelanja ataupun berekspansi dalam investasi. Dua hal krusial inilah yang mendorong secara masif kelesuan ekonomi nasional dan membuat dorongan tekanan inflasi di indonesia, termasuk kota medan menjadi semakin kuat tertahan.

Dengan intensitas mobilitas sosial yang masih terbatas dan makin tingginya angka pengangguran selama masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini, maka dapat diprediksi jika tekanan inflasi masih akan terus mewarnai kondisi ekonomi indonesia sampai akhir tahun 2021. ==== penulis analis dan direktur jaringan studi indonesia. ==== medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel/surat pembaca) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya orisinal, belum pernah dimuat dan tidak dikirim ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (ktp/sim), foto (minimal 700 px dalam format jpeg), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun fb dan no hp/wa.

Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter (surat pembaca maksimal 2.000 karakter). Gunakan kalimat-kalimat yang singkat (3-5 kalimat setiap paragraf). Judul artikel/surat pembaca dibuat menjadi subjek email. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email.


Baca Juga

0  Komentar