Ngegas di Awal, IHSG Rupanya Masih Loyo karena 'Jet Lag'

Cnbcindonesia-market   Senin, 17 Mei 2021

img

Ngegas di awal, ihsg rupanya masih loyo karena 'jet lag' jakarta, cnbc indonesia - indeks harga saham gabungan (ihsg) dibuka hijau 0,20% ke level 5.950,13. Selang 10 menit ihsg terpantau masih loyo dengan berbalik terkoreksi 0,35% ke level 5.917,40 pada perdagangan senin (17/5/21). Hari ini merupakan hari bursa pertama setelah pasar keuangan dalam negeri libur panjang pasca idul fitri. Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar rp 1,2 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih rp 14 miliar di pasar reguler.

Asing melakukan pembelian di saham pt bank central asia tbk (bbca) sebesar rp 57 miliar dan pt bank mandiri tbk (bmri) rp 18 miliar. Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham pt bank rakyat indonesia tbk (bbri) yang dilego rp 41 miliar dan pt perusahaan gas negara tbk (pgas) yang dijual rp 56 miliar. Koreksi ihsg pada perdagangan hari ini memang sudah diprediksi mengingat ketika bursa saham global ambruk pekan lalu, ihsg sedang tutup karena merayakan libur idul fitri. Apalagi sebelumnya para pelaku pasar takut akan semakin banyak yang memprediksi inflasi as bakal naik tinggi ke depan dan the fed siap ambil ancang-ancang untuk hawkish maka dana asing yang singgah di pasar-pasar emerging market seperti indonesia bisa ditarik berjamaah.

Aksi jual aset finansial yang masif hanya akan membuat pasar tertekan. Inilah yang dikhawatirkan terjadi seperti hampir tujuh tahun silam saat fenomena taper tantrum terjadi. Tingginya inflasi terutama di as menjadi risiko bagi pasar negara berkembang. Risiko lain yang patut dikalkulasi oleh investor adalah perkembangan kasus covid-19 di dalam negeri.

Memang secara angka kasus melandai. Namun masuknya berbagai varian mutan dan adanya fenomena mudik meski dilarang jelas patut untuk diwaspadai. Minggu ini ada gelombang arus balik. Banyak yang khawatir jika masyarakat yang nekad mudik hanya akan menjadi superspreader.ini bahaya! jika berkaca pada india keteledoran harus dibayar dengan mahal.

Terlalu dini melonggarkan pengetatan berakibat fatal. Serangan kedua wabah covid-19 empat kali lebih mengerikan dibandingkan dengan gelombang pertama. Arus mudik dan arus balik ini menjadi momok bagi perekonomian maupun pasar. Bayangkan saja lebih dari 1,5 juta orang tercatat mudik.


Baca Juga

0  Komentar