Peluang bagi Saham Emiten CPO dan Tembaga

Koran Tempo   Minggu, 11 April 2021

img

Peluang bagi saham emiten cpo dan tembaga jakarta – harga saham emiten minyak sawit mentah ( cpo ) serta metal, khususnya tembaga, berpeluang menguat dalam perdagangan pekan ini. Kedatangan bulan ramadan menjadi salah satu faktor pendorong bagi emiten cpo. Analis saham dari henan putihrai sekuritas, meilki darmawan, menuturkan saham emiten cpo mendapat katalis positif dari kenaikan konsumsi produk turunan minyak sawit selama ramadan, seperti minyak goreng dan margarin. “aktivitas selama ramadan akan mempengaruhi harga cpo dunia dan harga jual rata-rata emiten cpo,” ujarnya kepada tempo , kemarin.

Meilki menyatakan, saham pt astra agro lestari tbk paling menarik untuk dibeli di antara emiten cpo lainnya. Pasalnya, emiten berkode aali ini memiliki struktur keuangan yang paling kuat dibanding kompetitor. Sepanjang tahun lalu, astra agro mencatatkan kinerja keuangan positif. Laba bersih perusahaan naik 295 persen menjadi rp 833,09 miliar dari rp 211,12 miliar pada tahun sebelumnya.

Pendapatan perusahaan tercatat naik 7,79 persen dari rp 17,45 triliun pada 2019 menjadi rp 18,81 triliun pada 2020. Pekerja melakukan pengisian minyak goreng dari crude palm oil (cpo) di pelabuhan tanjung priok, jakarta, 24 juli 2020. Tempo/tony hartawan sementara itu, potensi penguatan saham dari komoditas tembaga berasal dari permintaan cina yang diperkirakan masih akan agresif. Tingginya permintaan tecermin dari kenaikan harga tembaga yang masih berlanjut sejak awal tahun.

Sentimen positif teranyar datang dari rilis data ketenagakerjaan amerika serikat yang mencatat penambahan pekerjaan terbesar dalam tujuh bulan terakhir. Meilki mengatakan permintaan terhadap tembaga di cina salah satunya guna memenuhi kebutuhan bahan baku kabel untuk proyek infrastruktur di negara itu. “khususnya untuk proyek-proyek energi terbarukan,” tuturnya. Cina menargetkan bauran energi nonfosil sebesar 20 persen dari total konsumsi energinya pada 2025.

Menurut dia, pt merdeka copper gold tbk masih menjadi pilihan terbaik di indonesia untuk komoditas tembaga. Saham emiten yang memiliki kode mdka itu, menurut dia, dapat dibeli dengan target harga rp 3.000. Dalam perdagangan akhir pekan lalu, saham mdka diperjualbelikan pada harga rp 2.180 per lembar. Direktur asosiasi riset dan investasi pilarmas investindo sekuritas, maximilianus nico demus, mengatakan pergerakan saham emiten yang berkaitan dengan komoditas batu bara pun menarik dilirik.

Pasalnya, harga komoditas ini mampu menguat di atas us$ 90 per ton. Salah satu pemicunya adalah perseteruan antara australia dan cina yang berujung pada larangan ekspor batu bara dari australia oleh pemerintah cina. “ini peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan kapasitas ekspor batu bara ke cina,” katanya. Meski menarik, nico menilai pembelian saham di sektor komoditas batu bara harus dilakukan secara selektif.

Fundamental perusahaan perlu menjadi pertimbangan sebelum memutuskan membeli. Dari banyak emiten batu bara, dia menilai pt bukit asam (ptba) tbk patut dipertimbangkan. “ptba memiliki bisnis yang besar selain fundamental yang baik,” tuturnya. Analis dari central capital futures, wahyu tribowo laksono, menyatakan kondisi saat ini tak begitu menguntungkan bagi komoditas nikel.

Saham perusahaan, seperti pt vale indonesia tbk (inco), pt aneka tambang tbk (antm), dan pt timah tbk (tins), dinilai masih sulit terlepas dari tekanan penurunan harga nikel. “harga komoditas ini sudah sangat tinggi tahun lalu,” ujarnya. Dampaknya, harga sulit naik kembali. Transaksi penjualan emas batangan pt aneka tambang tbk (antam) di jakarta, 28 februari 2019.

Tempo/tony hartawan meski begitu, kondisi pelemahan harga nikel ini dapat dimanfaatkan untuk membeli saham emiten produsen nikel yang memiliki fundamental bagus. “penurunan harga memberi peluang buy on weakness di saat yang tepat,” ucap dia. Adapun direktur pt anugerah mega investama, hans kwee, menyatakan pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh pada pergerakan harga komoditas. Setelah terkontraksi sebesar 3,3 persen pada tahun lalu, world economic outlook dana moneter internasional (imf) memproyeksikan ekonomi global mampu tumbuh 6 persen tahun ini.


Baca Juga

0  Komentar