Perbankan harus Siapkan Strategi Hadapi VUCA

Investor   Rabu, 28 April 2021

img

Perbankan harus siapkan strategi hadapi vuca jakarta, investor.id - deputi komisioner pengawas perbankan i otoritas jasa keuangan (ojk) teguh supangkat menilai, perubahan ekosistem keuangan didorong oleh arus digitalisasi yang membuat disrupsi ekonomi, tak terkecuali dampak bagi perbankan. Oleh karena itu, perbankan harus menghadapi tantangan di era digital sebagai keniscayaan ini dengan bertransformasi digital. Teguh menjelaskan, perbankan harus siap menghadapi era vuca, yaitu volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (tidak jelas). Vuca adalah fenomena yang menggambarkan situasi dunia yang mengalami perubahan sangat cepat dan cenderung tidak bisa ditebak.

"vuca di industri perbankan ini meningkat, disrupsi ini juga didukung ekonomi yang masih negatif, volatilitas pasar keuangan. Perbankan harus menyiapkan strategi era normal baru," jelas teguh dalam webinar bertajuk percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan indonesia di masa pandemi, rabu (28/4). Webinar ini merupakan kerja sama antara majalah investor dengan pt bank central asia tbk, pt bank mandiri (persero) tbk, pt pembiayaan digital indonesia. Didukung oleh kementerian koordinator bidang perekonomian ri, ojk dan bank indonesia.

Pandemi covid-19 telah mengubah ekspektasi publik terhadap layanan keuangan secara signifikan. Tercermin dari perubahan transaksi fisik menjadi digital melonjak, yang juga akan menghasilkan perubahan ekosistem. Sebetulnya, kata teguh, transformasi digital sudah terlihat sebelum adanya pandemi. Tren penutupan kantor cabang menjadi salah satu faktor yang menunjukkan industri perbankan sudah mulai melakukan transformasi digital.

Terdapat empat aspek yang mengalami evolusi dengan pesat. Antara lain, data, model bisnis, regulasi, dan teknologi. "data, bank sekarang tidak lagi menjadi tempat menyimpan dana, tapi tempat penyimpanan data untuk melayani nasabah secara holistik. Data bukan hanya untuk memenuhi kepatuhan terhadap regulasi tapi untuk melayani nasabah," terang teguh.

Kemudian, aspek model bisnis. Teknologi menyebabkan munculnya pesaing, seperti fintech. Namun, ke depan tidak ada lagi pembatasan bagi nasabah untuk memilih lembaga penyedia jasa keuangan yang sesuai dengan keinginan mereka. Aspek lainnya adalah regulasi, industri perbankan diawasi dengan ketat, cakupan regulasi diprediksi dari berdasarkan produk menjadi aktivitas institusinya.

Terakhir, aspek teknologi yang diharapkan menjadi game changer, dengan adanya artificial intelligence (ai), blockchain, internet 5g. "ke depan, melalui kerja sama dengan berbagai pihak, terkait perusahaan fintech, perbankan bisa membuka diri untuk kerja sama melalui open api," ungkap teguh. Teguh juga menyampaikan bahwa terdapat tantangan perbankan jangka pendek yang cukup kritis. Adanya ketidakpastian mengenai kapan berakhirnya pandemi covid-19 menjadi salah satu tantangan.

Meskipun ada aspek optimistis karena program vaksinasi terus berjalan dengan diikuti tetap menjaga protokol kesehatan. "selain pandemi, juga dihadapkan berbagai tantangan struktural, di mana masih didominasi bank-bank skala usaha kecil dan daya saing belum bagus. Perubahan ekosistem dan layanan digital masif, ekspektasi pemerintah dan masyarakat terhadap perbankan tinggi, serta tuntutan regulator terkait pembenahan internal mendukung ekosistem," urai teguh. Editor : kunradus aliandu (kunradu@investor.co.id).


Baca Juga

0  Komentar