Tak Tambah Portofolio Saham, Kebijakan Investasi BP Jamsostek Minim Pengaruhi Pasar

Investor   Rabu, 26 Mei 2021

img

Tak tambah portofolio saham, kebijakan investasi bp jamsostek minim pengaruhi pasar jakarta, investor.id - investor institusi lokal seperti badan penyelenggara jaminan sosial (bpjs) ketenagakerjaan atau bp jamsostek mulai berpaling dari pasar modal demi menjaga tingkat imbal hasil beberapa tahun mendatang. Kendati demikian, kebijakan yang juga mencerminkan sejumlah investor institusi lokal tersebut terbilang hanya memberikan dampak minim terhadap pergerakan pasar belakangan ini. Bp jamsostek memiliki portofolio saham 13,78% dan reksadana (mayoritas reksadana saham) sebesar 7,55% dari total dana kelolaan. Total kedua instrumen investasi di pasar modal itu mencapai 21,33% atau mencapai rp 104,68 triliun dari total dana kelolaan mencapai rp 499,77 triliun per maret 2021.

Sebelumnya, manajemen bp jamsostek dalam kurun dua sampai tiga tahun ini tegas menyatakan tidak tertarik untuk menambah dana pada portofolio saham dan reksadana karena imbal hasil yang diproyeksi kurang menarik. Untuk sementara, bp jamsostek akan mengalihkan sejumlah iuran baru untuk diinvestasikan pada instrumen sbn dan penyertaan langsung. Pengamat dana pensiun sekaligus ketua umum perhimpunan dana pensiun lembaga keuangan (dplk) nur hasan menyampaikan, portofolio investasi saham bp jamsostek hanya sekitar 20% dari dana kelolaan. Sekalipun ada rencana mau divestasi saham, tentunya hal itu tidak berpengaruh terlalu besar dibandingkan peran investor asing ( foreign investor ) selama ini.

"walaupun kebijakan bp jamsostek mau divestasi saham itu tidak berpengaruh banyak, karena memang penggerak pasar modal kita itu lebih pada investor asing bukan lokal, sekalipun itu adalah investor institusi," kata dia ketika dihubungi investor daily , rabu (26/5). Nur hasan mengemukakan, panas dingin pergerakan indeks harga saham gabungan (ihsg) salah satunya terkait tapering (pengurangan pembelian obligasi oleh the fed) di amerika serikat. Dari situ ada tendensi arah kebijakan the fed terkait penetapan tingkat suku bunga. Hal itu yang menjadi salah satu faktor indeks lokal tidak begitu bullish meski kondisi kian perekonomian cenderung membaik.

Menurut dia, perlu diakui bahwa penggerak pasar modal indonesia bukanlah dari dalam negeri. Sehingga dalam kondisi saat ini pemerintah setidaknya bisa menciptakan situasi investasi yang kondusif untuk membuat investor asing nyaman. "nyaman yang dimaksud itu seperti keamanan nasional terjaga, tidak ada insiden bom, demo yang memicu kerusuhan. Selain itu skala utang indonesia dijaga baik dan inflasi dalam rasio yang bisa dijaga baik juga," ucap dia.

Terlepas dari investor institusi, kata nur hasan, para investor ritel lokal yang jumlahnya jutaan juga belum mampu menjadi penyangga ( buffer ) ketika indeks menurun. Rata-rata nilai transaksi segmen investor tersebut masih relatif kecil. Dalam hal ini, sosialisasi dan literasi pasar modal investor ritel lokal khususnya segmen generasi muda menjadi kewajiban bersama untuk setidaknya menciptakan kecintaan pada pasar saham indonesia dalam kondisi krisis. Dia menuturkan, semua yang dilakukan pemerintah sudah sesuai ( ontrack ), tapi yang perlu dipercepat adalah mengundang investor asing masuk.

Problemnya adalah berbagai negara lain juga sedang menghadapi permasalahan yang sama. Menengok krisis 1997-1998, indonesia kesulitan tapi tidak untuk singapura. Makanya ketika itu temasek masuk untuk membeli telkom dan sebagainya. Sedangkan krisis pada 2008 itu amerika serikat yang banyak mengalami kesulitan.

Sedangkan tiongkok dan jepang kondisinya lebih baik. Sedangkan, kalau kita lihat rasio utang di banyak negara saat ini memang mencatatkan peningkatan sebagai langkah penanggulangan pandemi covid-19. "saat ini cuma ada beberapa negara yang bisa bantu, yaitu tiongkok atau negara-negara di timur tengah. Makanya kalau kita lihat indonesia sedang mesra dengan dua wilayah itu.

Tapi yang perlu dipahami juga, banyak negara yang butuh dana. Arab saudi sendiri seperti aramco saja sedang butuh dana," ujar nur hasan. Time to buy sementara itu, nur hasan mengatakan, pemilihan instrumen investasi di dplk dilakukan oleh para peserta. Sedangkan pemilihan penempatan dana investasi pada dana pensiun pemberi kerja (dppk) ditentukan oleh pendiri.

Sejumlah peserta dplk maupun pendiri dppk tentu memiliki batasan untuk menempatkan dananya pada instrumen saham, baik karena kebijakan internal atau melalui kebijakan otoritas jasa keuangan (ojk). "mungkin dengan kondisi reksa dana dan aset manajemen yang kurang proper dalam melakukan kebijakan beberapa waktu belakangan, mungkin peserta dplk atau para pendiri dppk lebih berhati-hati masuk saham. Tapi yang menarik, seharusnya bagi dana pensiun ini saatnya atau time to buy. Namun kita juga harus pahami banyak dari perusahaan sedang menghadapi kondisi yang sulit," ucap dia.

Dia mengatakan, kalaupun memang tertarik masuk instrumen saham dalam waktu dekat, perlu tindakan cermat dan terukur. Sektor produk konsumsi rasanya butuh waktu untuk kembali pulih, begitupun sektor pariwisata. Tapi di samping itu, sektor jasa keuangan, agrikultur, dan logistik sudah menunjukan laju positif. Sejumlah sektor usaha memang sudah mulai pulih, tapi secara umum beberapa sektor lain masih sulit untuk pulih.

Selanjutnya, sambung nur hasan, melirik potensi bumn untuk melakukan initial public offering (ipo) juga sepertinya agak sulit. Perlu ada kesiapan dari penjamin emisi, standby buyer , dan tentunya perusahaan terkait juga harus terlihat prospektif. "kalau kondisi induknya sedang stres juga akan sulit untuk menarik investor. Tapi hal yang pasti setiap perusahaan yang mau ipo itu memiliki pipeline yang sudah disiapkan, tinggal memutuskan perlu dilaksanakan dalam waktu dekat atau perlu ditunda," jelas dia.

Di hubungi terpisah, senior vice president & executive dplk syariah muamalat sulistyowati menerangkan, investasi saham masih menjadi salah satu alternatif investasi yang prospek dan memiliki outlook jangka panjang yang baik. Walau saat ini sedang jatuh, tapi diyakini sampai pada saatnya akan rebound. Seiring dengan perekonomian domestik yang semakin membaik, ihsg juga diyakini akan meningkat dan pasti pemerintah akan ikut intervensi jika ihsg terus menurun. "lagi pula pastinya pemerintah pun juga tidak akan berdiam diri apabila ihsg terjun secara terus menerus.

Tidak perlu nunggu sampai di level 3000, dibawah 5000 saja pasti pemerintah sudah akan turun tangan. Di pemerintahan kita sudah banyak tim ahli untuk membuat kebijakan bagaimana meningkatkan saham ihsg ini," kata dia. Menyangkut inisiatif ipo, sulistyowati menilai, analisa kondisi pasar yang mendalam harus benar-benar dilakukan. Menunda ipo dalam waktu dekat menjadi hal yang wajar.


Baca Juga

0  Komentar