Toriq Hadad

Koran Tempo   Minggu, 16 Mei 2021

img

Toriq hadad direktur utama pt tempo inti media, toriq hadad, meninggal pada sabtu subuh dua pekan lalu. Sejumlah orang, tokoh, dan para sahabatnya memberikan testimoni virtual lewat channel youtube tempodotco , jumat lalu. Para tokoh itu beragam. Ada menteri sosial tri rismaharini, menteri perhubungan budi karya sumadi, menteri koperasi teten masduki, serta dubes indonesia di singapura, suryopratomo, sahabat toriq sejak di kampus ipb.

Tentu ada orang dalam, seperti goenawan mohamad, leo kusen, wahyu muryadi, dan generasi tempo yang baru. Testimoni yang disampaikan pun bermacam-macam, dari main pingpong sampai rencana toriq membikin sekolah tinggi. Betapa penuh warna toriq hadad yang biasa dipanggil th ini. Yang tak banyak diketahui orang adalah toleransinya yang mengagumkan.

Saya bersahabat dengan th sebelum dia kawin. Setelah th berkeluarga, sejumlah wartawan tempo, lebih dari 10 orang, ingin membeli rumah di kompleks yang sama. Pilihannya jatuh pada perumahan pamulang permai 1. “kita kumpul sederet?” ujar saya.

“tidak, nanti istri-istri kita saling curiga kalau suaminya pulang beda-beda,” tutur yang lain. Th tertawa, pertanda dia tak punya persoalan. Tapi, ketika saya mau sederet dengan dia, th berujar: “bos jangan ikutan tipe kecil. Bos di depan, yang besar,” katanya.

Th memang memanggil saya "bos" sejak dia menjadi kepala biro di surabaya dan saya sudah melepaskan jabatan kepala biro di yogyakarta. Ketika rumah saya selesai dibangun, th membawa meja pingpong ditaruh di rumah saya. Sampai sekarang menjadi teka-teki, apakah benar meja pingpong itu sumbangan dari direktur keuangan tempo, harjoko trisnadi, atau justru dari uang th pribadi. Pindah ke pamulang dari ciputat, ada masalah dengan anak saya yang akan masuk smp.

Th menyarankan agar anak saya bersekolah di smp strada pamulang saja, biar dekat. “itu sekolah katolik, pelajaran agamanya harus ikut katolik,” kata istri saya. Th langsung menyambar: “malah bagus, jadi tahu banyak agama. Dulu saya di pasuruan sekolah sma di yayasan katolik.” saya baru tahu bahwa sahabat muslim saya yang taat ini ternyata pernah bersekolah di perguruan katolik.

Th dua kali ke kampung saya di bali. Pertama kali, saat anak gadis saya kawin. Dia bersama istrinya, devi, ikut mengantar ke tempat upacara di rumah calon suami anak saya, jauh di bali utara. Dengan berpakaian adat bali, th ikut menjadi saksi pernikahan.

Sepulang dari sana, dia berbisik kepada saya: “bos, katanya di rumah bos ini orang sering minta restu agar punya anak. Tolong, dong, kami dipijit.” saya tertawa. “anda dikibuli anak-anak kampung. Itu takhayul.” tapi toriq serius, dan memang istrinya lama tak bisa hamil normal.

Sering keguguran. Saya pun menyenangkan dia. Esoknya, saya panggilkan tukang pijit langganan keluarga. Th dan devi pun dipijit.

Sekitar dua bulan berselang, th mengabarkan bahwa istrinya hamil. “alhamdulillah, berkat bantuan bos.” saya langsung bilang, “itu doa anda, jangan percaya mistik.” lagi-lagi obrolan kami diakhiri dengan ketawa. Ketika saya dinobatkan sebagai bhawati—prapendeta—th ke kampung saya menghadiri upacara itu bersama amarzan lubis, yang sudah almarhum pula. Dia terkesan oleh “upacara kematian” saya itu dan langsung merasa menyesal.

“seharusnya ini direkam untuk tempo tv,” katanya. Dan benar, setahun kemudian, ketika saya ditahbiskan menjadi pendeta, th mengirim kru tempo tv bersama sejumlah wartawan tempo lainnya. Tapi dia berhalangan datang. Th menulis di rubrik cari angin tentang penobatan saya itu.

Rubrik ini memang kami isi berdua. Saya katakan sambil bergurau, “nanti akan saya balas kalau anda sudah jadi rektor ipb.” toriq hadad belum menjadi rektor meski sudah merintis politeknik tempo. Tak apa-apa kalau sekarang saya menulis tentang dia sebagai balasan. .


Baca Juga

0  Komentar