Berkreasi Sembari Menjaga Semangat Beribadah

Koran Tempo   Sabtu, 15 Mei 2021

img

Berkreasi sembari menjaga semangat beribadah bagi anak-anak dan remaja di kotagede, yogyakarta, ramadan bukan hanya bulan untuk fokus beribadah. Di bulan suci umat islam itu, anak-anak di setiap kampung justru punya tambahan kesibukan yang mengasyikkan: berlatih bersama untuk menyiapkan pawai malam takbiran. Setiap hari selama bulan puasa, mereka meramaikan masjid menjelang buka puasa hingga selesai salat tarawih untuk berlatih koreografi dan bermain musik, menyiapkan lampion untuk dijadikan maskot kampung, dan melatih kekompakan. Namun, dalam dua kali ramadan terakhir, aktivitas yang dinanti-nanti itu menghilang.

Gara-gara pandemi covid-19, anak muda dan anak-anak di kotagede tak bisa lagi berkumpul dan membuat karya bersama-sama sambil beribadah. Masjid pun tak lagi seramai dulu. Anak-anak lebih banyak berdiam di rumah dan jarang mengikuti salat tarawih bersama. “kondisi ini meresahkan kami,” kata andrean rheza perdana, 23 tahun, warga kampung kitren, kotagede, yogyakarta, kepada tempo, kemarin.

Dalam setahun terakhir, warga kotagede seperti kehilangan alasan untuk melakukan aktivitas bersama-sama tetangga mereka. Selain adanya larangan membuat keramaian, dihentikannya tradisi pawai takbiran pada malam terakhir ramadan juga membuat mereka tak lagi punya sarana untuk menunjukkan kreativitas. “padahal pawai malam takbiran itu jadi momen yang sangat dinantikan.” panitia pawai malam takbiran yang berasal dari anak-anak muda angkatan muda muhammadiyah (amm) pun merasakan kegelisahan warga. Setelah ramadan tahun lalu mereka vakum kegiatan, pada tahun ini amm muhammadiyah kotagede mengadakan lomba video untuk menggantikan acara pawai tahunan.

Syuting film pendek metamorfosa takbiran karya kelompok pengajian remaja dan anak-anak al-amin kleco, kotagede, yogyakarta. Instagram/@amienkleco bagi andre, lomba ini merupakan kesempatan untuk membangkitkan lagi semangat anak-anak di kampung kitren yang tergabung dalam kelompok pengajian al-amin kleco, masjid firman. “saya melihat adanya lomba ini bisa mendorong anak-anak kampung untuk kembali datang ke masjid, bertemu dengan teman-teman mereka untuk terlibat dalam proses produksi film pendek, sembari beribadah bersama-sama lagi di masjid.” andre dan rekan-rekannya sesama pemuda di kampung kitren pun lalu berembuk menyusun cerita untuk film pendek dan menyiapkan produksi. Mereka juga mengajak para bocah di kampung untuk ikut terlibat menjadi pemain.

Jadilah menjelang akhir ramadan lalu, mereka sibuk melakukan pengambilan gambar di wilayah kampung itu. Dalam proses produksi film pendek berjudul metamorfosa takbiran itu, andre berperan sebagai penyunting sekaligus pengarah produksi. Rekan-rekan seumurannya juga menjadi kru pengambilan gambar. Sementara para bocah yang jumlahnya puluhan tampil di depan layar sebagai pemeran.

“proses syuting juga harus mengikuti prosedur kesehatan, semua pakai masker, dan pengambilan gambar dilakukan di lingkungan kampung.” proses casting , latihan adegan, dan pengambilan gambar pun menjadi pengganti rutinitas menyiapkan pawai. “anak-anak di kampung antusias sekali, mereka senang ketika kami membuat adegan pawai takbiran keliling kampung.” hal ini menjadi pengobat rindu mereka terhadap kegiatan pawai takbiran. Kerja keras mereka membuahkan hasil. Dalam lomba virtual yang digelar seksi pawai amm kotagede, kelompok al-amin kleco keluar sebagai juara pertama.

Kemenangan itu disambut meriah anak-anak yang terlibat dalam proses produksi. Saat acara pengumuman yang disiarkan langsung melalui youtube dan zoom, tampak puluhan anak-anak berteriak kegirangan sambil melonjak-lonjak begitu nama al-amin kleco dibacakan sebagai juara pertama. “alhamdulillah, meski pawai masih belum bisa digelar, kami tetap bisa menyenangkan anak-anak di kampung kami,” ujar andre. Poster film pendek metamorfosa takbiran karya kelompok pengajian remaja dan anak-anak al-amin kleco, kotagede, yogyakarta.

Instagram/@amienkleco rasa bangga dan senang bisa mengharumkan nama kampung juga dirasakan eko septi cahyono dan kawan-kawannya yang tergabung dalam majelis sholawat almunsyida, banjarbaru, kalimantan selatan. Pada lebaran kemarin, tim almunsyida menjadi juara dalam lomba video takbiran yang diadakan organisasi pemuda di wilayah tetangga mereka, barabai muda. Dalam perhelatan itu, tim almunsyida membuat video penampilan lantunan lafaz takbir dengan diiringi musik rebana yang dikombinasikan dengan permainan musik tradisional gamelan khas banjar. “awalnya kami hanya iseng mengikuti lomba itu,” kata eko, 22 tahun, kemarin.

“kebetulan majelis sholawat almunsyida yang anggotanya anak muda di kampung kami juga baru terbentuk beberapa waktu lalu.” menurut eko, di banjarbaru juga biasanya ada tradisi takbiran keliling yang diikuti perwakilan kampung-kampung. Namun, sejak pandemi tahun lalu, keramaian itu tak lagi dilakukan. “kami juga rindu dengan kegiatan semacam itu,” ujarnya. Aktivitas berkreasi kelompok-kelompok musik salawat pun jadi terbatas hanya dilakukan di kampung-kampung.

Majelis almunsyida sendiri biasanya rutin mengisi acara pengajian atau undangan di sekitar tempat mereka. “baru kali ini ikut lomba tingkat provinsi begini, alhamdulillah bisa menang,” ujar eko. Bagi eko, perhelatan seperti ini, selain bisa mengobati rindu akan acara takbir keliling tahunan, menjadi sarana untuk menghidupkan kreativitas anak muda. “karena jarang-jarang ada lomba semacam ini.


Baca Juga

0  Komentar