Masa-Masa Sulit Soeharto Sebelum Masuk Militer

News Okezone   Senin, 5 Juli 2021

img

Masa-masa sulit soeharto sebelum masuk militer jakarta - presiden kedua indonesia, pernah melalui masa-masa sulit dalam hidupnya. Bahkan, sebelum masuk militer, bisa dibilang hidupnya luntang-lantung. Setelah menamatkan sekolah schakel muhammadiyah sebenarnya soeharto masih ingin melanjutkannya. Tetapi baik ayahnya maupun keluarga lainnya tidak ada yang sanggup membiayai sekolahnya.

Keadaan ekonomi keluarga rendah sekali. Seharto masih ingat saja akan apa yang dikatakan sang ayah waktu itu. “nak,” katanya, “tak lebih dari ini yang dapat kulakukan untuk melanjutkan sekolahmu. Dari sekarang kamu sebaiknya mencari pekerjaan saja.

Dan kalau sudah dapat, insya allah, kamu dapat melanjutkan pelajaranmu dengan uangmu sendiri.” sulit mendapatkan pekerjaan tanpa bantuan orang yang berkedudukan atau yang berpengaruh, tanpa uluran tangan orang kaya ataupun pengusaha besar waktu itu. "saya berusaha kian kemari mencoba mendapatkan sumber nafkah. Tetapi tidak juga berhasil. Akhirnya saya kembali ke wuryantoro, tempat banyak kenalan yang saya harapkan akan bisa membuka jalan," demikian penuturan presiden soeharto, dikutip dari buku “soeharto: pikiran, ucapan dan tindakan saya” yang ditulis g dwipayana dan ramadhan kh, diterbitkan pt citra kharisma bunda jakarta, tahun 1982.

Benar juga. Setelah sekian banyak jalan yang soeharto tempuh, akhirnya dia diterima sebagai pembantu klerek pada sebuah bank desa (volks-bank). Walaupun dia tidak begitu senang dengan pekerjaan ini, soeharto anggap lebih baik melakukannya daripada nganggur di tengah suasana yang muram. Soeharto mengikuti klerek bank berkeliling kampung dengan sepeda, dengan mengenakan pakaian jawa lengkap, dengan kain blangkon dan baju beskap.

Di kantor-kantor lurah kami menampung permintaan para petani, pedagang kecil dan pemilik warung yang menginginkan pinjaman. Sebenarnya soeharto sudah mengetahui cukup banyak mengenai kebutuhan orang-orang kecil itu sewaktu dia bersama pak prawirowihardjo tempo hari dan sewaktu membantu pak hardjowijono dan pak darjatmo. Tetapi soeharto tidak banyak bicara. Dia merasa pada tempatnya kalau lebih banyak mendengarkan lagi.

Boleh dibilang setiap malam dirinya mengajak kamin, seorang teman waktu itu, untuk belajar pembukuan. Mantri bank desa itu mengakui, bahwa otak soeharto encer. Tidak sampai dua bulan soeharto sudah menguasai seluruh pembukuan. Waktu itu saya memakai sepeda hitam.

Kamin memakai sepeda hijau. Soeharto selalu disuruh kamin mendayung sepeda di muka. “ayo mas harto yang di depan, saya di belakang”, kata kamin. Sekali waktu soeharto meminjam kain pada bibi karena kainnya sendiri sudah usang, tak patut lagi dipakai mendampingi klerek bank desa.


Baca Juga

0  Komentar