Kredit Konsumsi Terganjal Pandemi - Ekonomi dan Bisnis - koran.tempo.co

Headtopics   Selasa, 20 April 2021

img

Kredit konsumsi terganjal pandemi - ekonomi dan bisnis - koran.tempo.co laju kredit konsumsi terkena imbas pandemi covid-19. Sejumlah bank mencatatkan pelemahan performa bisnis perbankan konsumer dalam setahun terakhir. Korantempodigital korantempo laju kredit konsumsi terkena imbas pandemi covid-19. Sejumlah bank mencatatkan pelemahan performa bisnis perbankan konsumer dalam setahun terakhir, antara lain transaksi kartu kredit , kredit multiguna, kredit pemilikan rumah (kpr), dan kredit kendaraan bermotor (kkb).

Ketua bidang pengkajian dan pengembangan perhimpunan bank nasional, aviliani, menuturkan pandemi menekan minat konsumsi dan daya beli masyarakat, baik lapisan menengah ke bawah maupun menengah ke atas."terjadi stagnasi kredit konsumsi, paling terpukul di lini bisnis kartu kredit," ujarnya kepada tempo, kemarin. Aviliani menuturkan, di sisi lain, risiko kredit konsumsi terus meningkat akibat pelemahan pendapatan masyarakat dan lesunya kinerja sektor riil. Tingkat rasio kredit macet (non-performing loan/npl) sejumlah segmen kredit konsumsi melonjak pada akhir 2020. Npl kredit multiguna bank umum tercatat sebesar 1,22 persen dari sebelumnya 0,99 persen.

Npl kpr naik dari 2,52 persen menjadi 2,56 persen, sementara kkb naik dari 1,35 persen menjadi 2,04 persen. Nasabah melihat penawaran rumah tinggal di bank btn, jakarta, 18 september 2020. Tempo/tony hartawanw251bgwsijiwmjetmdqtmjagmta6ndu6mzgixqdi sisi lain, segmen perbankan konsumer, seperti kartu kredit untuk transaksi pembayaran, turut tergerus oleh ekosistem keuangan digital yang kian berkembang pesat."sekarang semua belanjanya serba daring, padahal aktivitas gesek kartu kredit selama ini porsinya besar," ucapnya. Meski demikian, seiring dengan upaya program vaksinasi nasional, geliat kredit konsumsi diproyeksikan perlahan membaik pada tahun ini."walau mungkin geliatnya belum akan terlalu tinggi, baru 40-50 persen." headtopics.com direktur consumer banking cimb niaga, lani darmawan, mengakui kontraksi segmen kredit konsumer, khususnya kartu kredit, tak lepas dari kondisi pembatasan aktivitas dan mobilitas."porsi penggunaan kartu kredit selama ini didominasi untuk kebutuhan perjalanan, hiburan, dan restoran," katanya.

Hingga kuartal i 2021, transaksi kartu di mesin electronic data captured (edc) masih lesu dan belum kembali pulih."kami mengalami penurunan frekuensi dan volume transaksi edc sebesar 29 persen," ujar lani. Berdasarkan data bank indonesia, dalam dua bulan pertama tahun ini, frekuensi transaksi kartu kredit turun 27 persen, sedangkan nilai transaksi anjlok 35 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu. "kami masih harus melihat perkiraan ke depan karena bisnis kartu kredit sangat bergantung pada mobilitas masyarakat," tutur lani. Sepanjang kuartal i 2021, portofolio kartu kredit cimb niaga pun masih terkontraksi sekitar 7 persen.pelanggan melakukan pembayaran menggunakan kartu debit di salah satu mal di jakarta.

Tempo/aditia noviansyah lesunya bisnis perbankan konsumer itu juga dirasakan oleh citi indonesia (citibank). Bank yang dikenal dengan produk kartu kreditnya tersebut mengakui adanya penurunan penyaluran kredit konsumsi sejak awal pandemi. Di tengah penurunan tersebut, citi group pekan lalu mengumumkan akan menutup bisnis perbankan konsumer di 13 negara, termasuk indonesia. Headtopics.com namun chief executive officer citi indonesia, batara sianturi, menyatakan pelemahan kinerja bisnis bukan alasan bagi perusahaan menarik diri dari bisnis perbankan konsumer."citi memiliki bisnis konsumer yang kuat dan menguntungkan di indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada tempo, kemarin.

Sementara itu, disrupsi bisnis perbankan konsumer juga disebabkan oleh kian berkembangnya platform teknologi finansial (fintech), baik yang bergerak di bidang sistem pembayaran maupun pinjaman personal.ekonom dari institute for development of economics and finance, bhima yudhistira adhinegara, mengungkapkan, meski porsi fintech saat ini masih kecil jika dibandingkan dengan total pangsa pasar kredit konsumsi perbankan, ke depan nilainya diproyeksikan akan terus membesar."terlebih fintech memiliki keunggulan, yaitu pelayanan yang sangat mudah, cepat, dan efisien, karena syaratnya tidak seketat perbankan," kata dia. Fitur paylater atau bayar kemudian, misalnya, sedang naik daun ditawarkan oleh banyak fintech, seperti akulaku, kredivo, shopee paylater, dan gopay paylater. Fitur tersebut serupa dengan skema kartu kredit, yakni konsumen mendapat limit kredit yang dapat digunakan untuk berbelanja atau bertransaksi daring di e-commerce ataupun melakukan penarikan tunai serupa kredit tanpa agunan. "bank harus mengimbangi dan merombak ekosistem perbankan digital agar bisa menyasar segmen yang selama ini belum terjangkau, atau berkolaborasi dengan fintech untuk melakukan distribusi pembiayaan," kata bhima.merujuk pada hasil survei research institute of socio-economic development (rised) pada 2020, fitur paylater lebih digemari masyarakat.

Sekitar 77,2 persen dari total 2.000 responden menyatakan fitur paylater lebih mudah diakses dibanding kartu kredit. Sebesar 60,5 persen responden menyatakan permohonan pengajuan kredit menjadi keunggulan utama, disusul batas transaksi minimal yang kecil, serta biaya administrasi yang terjangkau karena fleksibilitas penggunaan mudah dikendalikan konsumen. Headtopics.com direktur rised, tegar rismanuar nuryitmawan, memproyeksi fenomena ini bakal terus meluas ke depan, mengingat platform-platform teknologi finansial terus berinovasi dan mengembangkan layanannya."paylater menjadi solusi khususnya bagi kelompok milenial yang masih awam dengan kredit konvensional. Cara mendaftarnya mudah dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang spesifik," katanya..


Baca Juga

0  Komentar