Perlu Political Will untuk Melawan Pembajakan

Koran Tempo   Sabtu, 3 April 2021

img

Perlu political will untuk melawan pembajakan hari film nasional pada 30 maret lalu, yang diperingati dengan beragam acara, menjadi salah satu tanda dunia film tetap bergeliat. Pandemi covid-19 memang menghantam segala sektor, tak terkecuali dunia hiburan. Sejumlah film batal tayang dan bioskop sempat tutup. Tapi para sineas tak menyerah.

Mereka tetap berkarya dengan berbagai penyesuaian, baik untuk ditayangkan di bioskop maupun di ruang daring. Salah satu sineas yang tetap produktif adalah angga dwimas sasongko. Sutradara film filosofi kopi dan nanti kita cerita tentang hari ini tersebut menelurkan puluhan karya selama masa pandemi. Tentu saja dengan protokol kesehatan ketat.

“produksi memang tidak gampang, kami menerapkan sistem karantina,” kata ceo visinema pictures itu kepada dian yuliastuti dari tempo melalui sambungan aplikasi, kamis, 1 april 2021. Angga dwimas sasongko saat grand launch aplikasi bioskop online. Dokumentasi pribadi akibatnya, biaya produksi membengkak. “per produksi untuk prokes (protokol kesehatan) 8-12 persen,” ujarnya.

Tak hanya soal produksi, angga juga bercerita tentang perfilman nasional yang dinilai sudah cukup berkembang, soal bioskop daring, aktivitasnya memimpin rumah produksi visinema, hingga kopi kesukaannya. Berikut ini petikannya. Hari film kemarin bikin acara khusus? enggak ada, memperingati dengan kerja saja. Memimpin visinema dengan 11 unit usaha sudah memusingkan.

Sekarang lagi tidak ada syuting juga. Selama masa pandemi, berapa banyak produksi visinema? kurang-lebih 50. Itu beragam, ada video on demand , film bioskop online , film layar lebar, dan podcast. Termasuk juga materi v-campus yang segera diluncurkan.

V-campus adalah platform online. Nanti para pengguna akan belajar dari maestro di bidang masing-masing. Misalnya untuk penyutradaraan ada mas garin nugroho, penulisan lagu ada teh melly goeslaw, arsitek ada andra matin, leadership ada pak gita wirjawan. Bentuknya belajar online , meeting lewat video, ada handbook dan kurikulumnya juga.

Bagaimana tantangan memproduksi karya sampai 50-an itu? bagi saya tidak terlalu sulit dan saya tidak terlalu terlibat langsung. Saya punya tim yang hebat, seperti sebuah ekosistem besar, berbakat, bertanggung jawab secara independen menjalankan project masing-masing. Saya tinggal duduk dengan deg-degan memikirkan proses produksi tanpa terpapar pandemi. Tantangannya banyak, masing-masing ada karakteristiknya.

Ada hambatan dalam proses produksi? saya beruntung dengan lebih dari 50 produksi visinema ini zero case. Saya bangga dan mengapresiasi teman-teman bekerja bertanggung jawab. Apakah proses produksi di tengah situasi pandemi butuh biaya ekstra? setiap satu produksi, kurang-lebih 8-12 persen dari biaya produksi untuk prokes (protokol kesehatan). Bayangkan kalau satu produksi rp 5 miliar, berapa itu pembiayaan biaya untuk protokol kesehatan.

Kami menerapkan prokes bukan hanya tiap menjelang produksi, tapi juga setiap kali mau offline meeting. Ada mekanisme khusus untuk menghindari terjangkit corona dalam proses produksi? ya, untuk produksi memang tidak gampang. Kami menerapkan sistem karantina. Semua kru tidak boleh keluar-masuk.

Berapa lamanya, ya, bergantung pada produksinya. Selama masa pandemi, anda juga mengerjakan film terbaru ben dan jodi. Sudah siap tayang? sudah finishing , itu untuk film bioskop. Tapi belum tahu kapan.

Kami masih menunggu situasi lebih kondusif. Selama 15 tahun berkecimpung di dunia film, bagaimana anda melihat industri itu kini? tentu berbeda dengan 15 tahun lalu. Sekarang industri film lebih besar, lebih hidup, inklusif, jauh lebih terbuka dibanding dulu. Sudah lebih baik, tapi masih banyak yang harus diperbaiki.

Mungkin belum dikatakan sehat, tapi memang butuh diperbaiki secara internal maupun eksternal. Angga dwimas sasongko pada saat syuting film ben dan jody. Dokumentasi pribadi apa yang harus diperbaiki? ada beberapa hal, ya, seperti bagaimana menciptakan ekosistem yang lebih fair antara satu entitas dan entitas lain dalam proses pembuatan serta distribusi film. Distribusi pendapatan lebih fair ke penulis naskah, aktor, sutradara, dan perusahaan supaya bisa menghidupi semua orang.

Jangan cuma menghidupi pemilik modalnya. Hal lain? industri film perlu lebih ramah terhadap perempuan. Ini sedang diperjuangkan oleh kawan-kawan sineas perempuan. Ini dalam konteks pelecehan dan bullying.

Setiap kali ada pemain baru, mereka rentan mendapat pelecehan. Ini harus diperjuangkan bersama. Ph ( production house ) menyediakan perlindungan. Jadi, perusahaan harus mengambil peran aktif.

Ini harus menjadi isu bersama. Soal pembajakan? itu isu krusial karena menggerus nilai ekonomi dan hak-hak para pekerja film. Soal pembajakan ini kuncinya ada di pemerintah, political will dan law enforcement. Kami tidak punya teknologinya.

Bagi saya, ini necessary sampai kapan pun. Kalau tidak, ya, industri ini akan tertinggal jauh dari industri lain. Visinema sedang mengajukan gugatan atas pembajakan film keluarga cemara ? ya, ini satu-satunya rumah produksi yang mengajukan pembajakan film di jalur hukum. Bulan lalu saya baru dari jambi memberikan kesaksian di pengadilan setempat.

Masih ada proses lanjutan, tapi ada pengacara visinema yang menangani kasusnya. Sineas lain juga mendukung. (seperti banyak diberitakan, film keluarga cemara produksi visinema pictures ditayangkan secara ilegal di sebuah situs internet. Kasus ini disidangkan di pengadilan negeri jambi karena pembajaknya berasal dari jambi).

Mengapa visinema mengambil langkah hukum? kami merasa harus bertindak, menjadi pionir untuk melakukan aksi ke meja hijau, tidak berhenti di narasi saja. Kami walk the talk. Oh, ya, ramainya platform daring apakah bisa mengancam film bioskop? digital akan menjadi komplementer untuk industri ini. Saya tetap yakin orang akan ke bioskop.

Mereka ke bioskop tidak sekadar nonton film, ada pengalaman lain, ada communal space. Enggak cuma berinteraksi dengan film, tapi juga dengan keluarga, pacar, teman, karena manusia ini habit -nya berkumpul. Kalau orang bilang saat pandemi ini perilaku manusia berubah, enggak juga. Orang akan mencari kawanannya, berkumpul.

Apakah aplikasi film daring ini membantu sineas? enggak juga. Penonton yang langganan aplikasi daring hanya 3 juta. Itu yang nonton secara legal, ya. Sementara itu, pada 2019, ada 52 juta tiket bioskop terjual.

Jalan digital untuk menggantikan bioskop masih panjang sekali. Para sineas belum lama ini bersurat ke presiden joko widodo agar pemerintah memperhatikan industri film di tengah situasi pandemi. Anda ikut terlibat? ikut juga. Tapi yang lebih aktif kemarin ada mbak gina s.

Noer, mbak shanty harmayn, dan mbak mira lesmana. Saya ada di working group. Ini inisiatif joko anwar. Bikin suratnya sebentar, ya, paling dua hari.

Yang lama membuat draf skema bantuannya. Di film, total mungkin ada lebih dari 50 ribu pekerja. Bayangkan jika separuhnya berkeluarga, minimal empat orang dalam satu keluarga, berapa banyak itu. Sudah ada tindak lanjut dari surat itu? mudah-mudahan pekan depan sudah ada kabar baik.

Selama satu bulan terakhir kami intens berkomunikasi dengan kementerian koordinator perekonomian serta kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif. Dengan produksi cukup banyak dan mengurus visinema, apakah anda punya waktu rileks? saya sebenarnya cukup teratur, ya. Akhir pekan masih bisa bermain dengan anak, kerja paling malam sampai pukul 19.30. Kalau sampai lebih, ya, itu paling main game.

Di visinema ini ada 95 orang dengan potensi dan tanggung jawab masing-masing. Kami punya budaya egaliter yang saling menghormati ekspresi masing-masing. Cukup sehat secara waktu, tapi pikiran, ya, tetap jalan. Saya masih punya waktu makan.

Jika kangen laut, pengen lihat kapal, pengen ke bali, atau jalan-jalan ke yogyakarta sebentar, masih sempat. I’m a happy man. Jalan tetap sesuai dengan protokol kesehatan. Anda tidak punya perasaan waswas? sempat khawatir juga.

Setiap ke luar rumah, selalu waswas dan waspada. Apalagi di rumah ada anak kecil. Tapi, kalau saya berhenti, tidak bergerak, wah, bisa gila. Liburan? tidak bisa libur lama juga.

Sambil libur, ya, sambil meeting online atau menulis skenario. My life is my work, my work is my life. Saya lakukan dengan ikhlas. saya cinta film, saya suka kerja dengan orang-orang, suka interaksi. Tapi adakah sesuatu yang bikin anda kesal? yang bikin muak tuh wa.

Saya berharap wa tidak ditemukan, berisik, biar lebih waras. Makanya saya paling slow response. Ini menjelang perhelatan piala oscar. Apa film atau siapa sineas yang dijagokan? saya enggak pernah menjagokan, paling nonton aja.

Enggak pernah pusing dengan film apa atau siapa yang bakal menang. Lebih pusing urus cash flow , gaji orang (di visinema). Toh, dari oscar tidak mempengaruhi hidup saya. Ya, sebagai pembuat film, film yang ada jadi pembelajaran memang.

Apa obsesi anda? enggak ada. Saya pengen bikin film yang saya suka, berkembang sebagai pembuat film, ditonton banyak orang, duitnya bisa balik buat bikin film lagi. Itu penting. Bisa bikin film dan bermakna. sebagai pencerita, ingin cerita saya didengar.

Pekerjaan saya adalah menceritakan kisah. Ada keinginan bisa bertemu dengan sineas yang anda kagumi? rasanya saya sudah ketemu semua, sudah tidak ada lagi. Sudah ketemu christopher nolan, biasa saja. saya tidak jadi inferior atau superior. Waktu di berlin, ikut kelas meryl streep, bagus banget.

Setelah kelas selesai, ya sudah, begitu saja. Yang lain minta foto-foto. Saya enggak pernah idolizing , kecuali ada roberto baggio (bintang sepak bola italia). Dia yang pertama kali membuat saya jatuh cinta kepada sepak bola.

Waktu piala dunia 1994, baggio main, itu saya umur 9 tahun. Anda masih sering main bola? wah, sudah tua, sudah tiga tahun tidak main bola lagi. Enggak kuat napasnya, ha-ha-ha. Kafe filosofi kopi masih ramai saat pembatasan sosial? ya, tentu saja pembatasan sosial mempengaruhi penjualan.

Tapi kami bersyukur brand kami kuat, sehingga masih bertahan. Bisnis berjalan biasa. Anda senang ngopi. Apa kopi kesukaan anda? saya paling favorit itu malabar dengan natural process , dari buah biji sampai siap dinikmati.

Di rumah anda menyetok banyak jenis kopi? di rumah saya malah enggak terlalu banyak ngopi. Lebih banyak di kantor, apalagi karena ada kafe, ya, bisa setiap saat. Jika pandemi ini berlalu, apa harapan anda? pandemi ini me- reset banyak orang. Sebagai pengusaha dan kreator, punya banyak tantangan.


Baca Juga

0  Komentar