Musikalisasi Puisi Wiji Thukul dan Interpretasi Fajar Merah

Msn - Berita   Rabu, 19 Mei 2021

img

Musikalisasi puisi wiji thukul dan interpretasi fajar merah jakarta, kompas.com - puisi wiji thukul dirasa masih relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Seniman sekaligus aktivis yang hilang sejak maret 1998 itu kerap menyuarakan ketidakadilan sosial melalui puisi-puisinya. Fajar merah, anak kedua thukul, tergerak untuk membuat musikalisasi puisi karya sang ayah. Salah satunya, puisi berjudul puisi untuk adik , yang diaransemen dan dibuat dalam format video.

"kenapa memilih lagu itu, karena aku berpikir kita di dalam kondisi seperti ini, terasanya itu hal yang masih bisa dihubungkan (relevan)," ujar fajar dalam video wawancara dengan pemimpin redaksi kompas.com wisnu nugroho, diunggah senin (17/5/2021). Fajar menuturkan interpretasinya terhadap puisi untuk adik. Ia mengatakan, puisi itu ditulis untuk kedua adik thukul. Saat itu, thukul memilih untuk keluar dari sekolah dan bekerja, untuk membiayai pendidikan adik-adiknya maklum, thukul adalah anak pertama dari empat bersaudara yang berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah.

"ya itu puisi yang bapak tulis untuk kedua adiknya sebenarnya, karena kondisi (ekonomi) keluarga yang cukup sulit saat itu," katanya. "mbahku, bapaknya bapak, cuma sopir becak. Saat itu sudah mulai bermunculan bus kota, yang menggusur angkutan-angkutan yang sudah lebih dulu ada. Otomatis mengurangi pelanggan dan berdampak pada kerugian dalam bentuk ekonomi keluarga," sambung fajar.

Fajar melihat puisi tersebut masih relevan hingga saat ini, banyak masyarakat mesti mengalami kesulitan ekonomi. Namun, ia berharap masyarakat yang sedang kesulitan bergerak untuk mencari solusi, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Seperti bait dalam puisi itu, " apakah nasib kita akan seperti sepeda rongsokan karatan itu? o tidak dik! kita akan terus melawan! " "kalau aku di bidang musik, aku membuat musik. Kalau ada yang pandai memasak, apa salahnya membuat makanan dan dijual, dan segala macam kemungkinan lainnya," ungkap fajar.

Fajar mengatakan, perubahan situasi hanya bisa terjadi jika ada upaya dari diri sendiri. "diri kitalah yang menentukan apa yang akan terjadi, setelah apa yang kita lakukan saat ini. Entah itu lima detik atau lima menit setelahnya, itu akan berpengaruh baik dalam (skala) kecil atau pun besar," kata fajar. Thukul merupakan salah satu dari 13 aktivis yang hilang pada masa orde baru.

Dalam catatan kompas.com , aktivis asal solo, jawa tengah itu, terakhir kali berkomunikasi dengan istrinya pada 19 februari 1998. Thukul kemudian menghilang bersama beberapa aktivis yang lain dan keberadaannya tidak diketahui hingga saat ini. Thukul tergabung dalam partai rakyat demokratik (prd) yang aktif menyampaikan kritik terhadap pemerintahan presiden soeharto lewat lagu dan puisi. Salah satu puisinya yang paling dikenang berjudul peringatan dengan bait terakhirnya yang begitu familiar.


Baca Juga

0  Komentar